Nama anggota: 1. Nurhidayah, Siti Maesaroh, Sry Nurrohmah
B.
URAIAN
MATERI
1.
Sejarah
SingkatRiwayat Hidup Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA.
Prof.
Dr. H. Abuddin Nata, MA lahir di Bogor, 2 Agustus 1954. Setelah menamatkan
Madrasah Ibtidaiyah Wajib Belajar di Nagrog, Ciampea Bogor pada tahun 1968, ia
melanjutkan pendidikan pada Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun sambil mondok
di Pesantren Nurul Ummah di alamat yang sama dan tamat tahun 1972. Setelah itu
pendidikannya dilanjutkan pada Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun sambil
mondok di pesantren Jauharatun Naqiyah, Cibeber, Serang, Banten dan tamat pada
tahun 1974.[1]
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA Memperoleh gelar Sarjana Muda (BA) pada
tahun 1979 dan Sarjana Lengkap (Drs) jurusan Pendidikan Agama Islam pada
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) atau UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan tamat tahun 1981. Gelar Magister (MA) bidang Studi
Islam diperoleh pada tahun 1991, sedang gelar Doktor bidang Studi Islam
diperoleh pada tahun 1997 masing-masing dari Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan desertasi berjudul Konsep Pendidikan Ibnu Sina.
Pada tahun 1999 sampai dengan awal tahun 2000 berkesampatan mengikuti Visiting
Post Doctorate Program di Institute of Islamic Studies McGill University
Montreal Canada atas biaya Canadian Internasional Development Agency
(CIDA) dengan fokus kajian pada Pemikiran Pendidikan Imam al-Gazhali.
Karir
bidang pekerjaan dimulai sebagai tenaga peniliti lepas pada Lembaga Studi
Pembangunan (LSP) di Jakarta tahun 1981-1982. Instruktur pada Lembaga Bahasa
dan Ilmu Al-Qur`an (LBIQ) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tahun 1982-1985,
Pengisi Acara Oborolan Ramadhan (Obor) pada Radio Mustang Jakarta tahun
1992-1998. Setelah itu, ia bertugas sebagai Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam pada
Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mulai tahun 1985.[2]
Semasa
kuliah, ia tercatat sebagai aktivis antara lain sebagai Ketua Bidang II
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat (1978-1979), Pengurus Senat
Masiswa Fakultas Tarbiyah (1978-1979), Ketua Badan Pembinaan Kegiatan Mahasiswa
(BPKM) (1980-1981) masing-masing pada Institute Agama Islam Negeri (IAIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Negara-negara yang pernah dikunjunginya antara
lain Saudi Arabia, Canada, Amerika Serikat, Alaska, Singapore, Hongkong.
Jabatan yang pernah dipegang antara lain sebagai Ketua Jurusan Kependidikan
Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1997-1998), Pembantu
Dekan II Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1998-1999), dan
Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
1999.[3]
2.
Karya –
Karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA.
“Gajah
mati meninggalkan Gading, Ulama meninggalkan meninggalkan karya” mungkin
pepatah inilah yang pas untuk menggambarkan sosok Abuddin Nata. Di
tengah-tengah kesibukan beliau dalam menjalankan aktifitas kesehariannya
sebagai dosen, pengisi acara di Radio dan banyak lagi kesibukan lainnya, beliau
masih menyempatkan waktu untuk menulis karya-karnya, diantara karya beliau,
Sejarah Islam (1990), Ilmu Kalam (1990), Al-Qur`an Hadist (Dirasah Islamiyah
Islam) (1992), Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf, (Dirasah Islamiyah Metodologi
Studi Islam) (1997), Akhlaq Tasawuf (1996), Filsafat Pendidikan Islam (1995),
Pola Hubungan Guru Murid (2001), Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (2002), Manajemen
Pendidikan (2003), Pemikiran Pendidikan Islam Abad Pertengahan (terj) Islamic
Educational Thaught in the Midle ages (2003), Dimensi Pendidikan Spritual Dalam
Tradisi Islam (2003), dan sejumlah entri untuk Entry Ensiklopedi Islam (1989),
Ensiklopedi Islam Indonesia (1993), Entry Ensiklopedi Islam (5 Jilid) (1996),
Entry Ensiklopedi Al-Qur`an (1997), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan
Desertasi (2001), Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam (2002), Integrasi Ilmu
Agama dan Ilmu Umum (2005), Pembaharuan Tokoh Pendidikan Islam Indonesia
(2005), Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran (2005), Pendidikan dalam
Perspektif Hadist, Kajian Tematik al-Qur`an (2005), serta karya-karya beliau
tentang buku-buku Agama Islam untuk Sekolah Menengah Lanjutan Atas yang juga
ditulis pada tahun (2005).[4]
3.
Gagasan
dan Pemikiran Pendidikan Islam Prof. Dr. Abuddin Nata MA.
Gagasan
dan pemikiran pendidikan Abuddin Nata dapat ditelusuri dari berbagai karya dan
tulisan beliau di bidang pendidikan, serta aktifitas beliau di dunia
pendidikan, sebagaimana yang telah diuraikan pada point sebelumnya. Dari berbagai judul buku yang pernah ditulisnya
tersebut, dapat disimpulkan dan diidentifikasi aspek-aspek pemikiran dan
pendidikan Islam yang dimajukan oleh Abuddin
Nata sebagai
berikut:
a. Visi dan Misi Pendidikan Islam
Visi
pendidikan Islam menurut Abuddin Nata sesungguhnya melekat pada visi ajaran
Islam itu sendiri yang terkait dengan visi kerasulan para Nabi, mulai dari Visi
kerasulan Nabi Adam Alaihi
as-Salam hingga kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yaitu
membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah serta
membawa Rahmat bagi seluruh alam.[5]
Visi
ini tercantum dalam Al-Qur`an Surah Al-Anbiya 107.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya:
“Dan
Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”. (Qs.Al-Anbiya 107)
Sejalan
dengan visi pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, maka misi pendidikan
Islam menurut Abuddin Nata juga erat kaitannya dengan misi ajaran Islam itu sendiri.
Berdasarkan petunjuk dan Isyarat yang terdapat dalam Al-Qur`an, dijumpai
inforimasi bahwa misi pendidikan Islam terkait untuk memperjuangkan,
menegakkan, melindungi, mengembangkan dan membimbing tercapainya tujuan
kehadiran agama bagi manusia, Abuddin Nata kemudian menukil pendapat Imam
al-Syathibi bahwa tujuan kehadiran agama Islam adalah untuk melindungi lima hal
yang merupakan hak-hak asasi manusia yaitu: 1) untuk hidup (al-nafs/al-hayat), 2) hak beragama (ad-din), 3) hak untuk berakal (al-aql), 4) hak untuk memperoleh keturunan/pasangan
hidpup (al-nasl), 5) hak
memperoleh harta benda (al-mal).[6]
b. Tujuan Pendidikan Islam
Sebelum
menguraikan tujuan pendidikan Islam menurut Abuddin Nata, berikut akan
dikemukakan tujuan utama pendidikan Islam menurut Dr.Abdurrahman al-Nahlawi
dalam kitabnya usul at-Tabiyah al-Islamiyah yaitu, terwujudnya ibadah kepada Allah semata
dalam kehidupan pribadi
dan masyarakat.[7]Sebagaimana
Allah jelaskan dalam Al Qur`an Surah Ad-Dzariayat ayat 56:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Adapun tujuan pendidikan menurut Abuddin Nata memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan
di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan
dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.
2) Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan
tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada
Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
3) Mengarahkan manusia agar berakhlaq mulia,
sehingga ia tidak menyalahgunakan kekhalifahannya.
4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan
jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlaq, dan keterampilan yang semua ini
dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
Tujuan pendidikan yang universal ini lebih
lanjut dirumuskan para pakar pendidikan Islam, seperti Ali Alatas, Athiyah
al-Abrasyi, Munir Mursi, Ahmad D. Marimba, Muhammad Fadhil al-Jamali, Mukhtar
Yahya, Muhammad Qhutub, dan Abuddin Nata.[9]
Inti dari semua rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan para ahli ini ialah
terbinanya seluruh potensi manusia seutuhnya: jasmani, rohani, materil,
spiritual, hati nurani, akal pikiran, bakat, dan lainnya, dengan cara
memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dalam menguasai teknologi, sikap,
kepribadian, karakter,
secara seimbang, sesuai dengan nilai –nilai ajaran islam.
Dalam rangka membantu dan memudahkan tugas para pemikir di bidang
pendidikan Islam, Abuddin Nata dalam buku Filsafat Pendidikan Islam membuat
struktur perumusan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:
a) Tujuan umum yang dikenal pula dengan tujuan
akhir.
b) Tujuan khusus, sebagai penjabaran dari tujuan
umum.
c) Tujuan perbidang pembinaan, misalnya tujuan
dari pembinaan aspek akal.
d) Tujuan setiap bidang studi sesuai dengan
bidang-bidang pembinaan tersebut.
e) Tujuan setiap pokok bahasan yang terdapat dalam
setiap bidang studi.
Rumusan di atas dimaksudkan oleh Abuddin Nata agar memudahkan tugas
para pemikir dan tugas para pendidik Islam, karena ketika mereka akan
melaksanakan kegiatan pendidikan, maka sebelum merumuskan bidang kegiatan
lain-lainnya, terlebih dahulu ia harus dapat merumuskan dengan jelas mengenai
sosok manusia yang ingin dihasilkan melalui kegiatan pendidikannya itu. Rumusan
pendidikan tersebut jelas harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur`an dan
Al-Hadist.
c.
Dasar-dasar
Pendidikan Islam
Yang dimaksud dengan dasar pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah
pandangan hidup yang melandasari seluruh aktivitas pendidikan.Karena dasar
menyangkut masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan landasan pandangan
hidup yang kokoh dan komprehensif, serta tidak mudah berubah. Lanjut menurut
Abuddin Nata bahwa Al-Qur`an dan Al-Hadist yang merupakan sumber utama
pendidikan Islam telah menguraikan dengan jelas dasar-dasar pendidikan Islam
sebagai berikut:
1) Dasar Tauhid, seluruh kegiatan
pendidikan Islam dijiwai oleh norma-norma Ilahiyahdan sekaligus dimotivasi
sebagai ibadah. Dengan ibadah pekerjaan pendidikan lebih bermakna, tidak hanya
makna material tetapi juga makna spritual. Dalam Al-Qur`an dan Al-Hadist,
masalah tauhid adalah masalah yang pokok, Ibnu Ruslan contohnya yang ditulis
oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa yang pertama diwajibkan bagi seorang muslim
adalah mengetahui Tuhannya dengan penuh Tauhid atau keyakinan.
2) Dasar Kemanusian, yang dimaksud dengan
dasar kemanusiaan adalah pengakuan akan hakekat dan martabat manusia. Hak-hak
sesorang harus dihargai dan dilindungi, dan sebaliknya untuk merealisasikan
hak-hak tersebut, tidak dibenarkan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain,
karena setiap muslim memiliki persamaan derajat, hak, dan kewajiban yang sama.
Yang membedakan antara seorang muslim dengan lainnya hanyalah ketaqwaannya
{Qs.Al-Hujurat 13}.
3) Dasar Kesatuan Ummat Manusia, yang dimaksud
dengan dasar ini adalah pandangan yang melihat bahwa perbedaan suku bangsa,
warna kulit, bahasa dan sebagainya, bukanlah halangan untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan ini, karena pada dasarnya semua manusia memiliki tujuan
yang sama yaitu mengabdi kepada Tuhan {Qs.Ali-Imran 105, Al-Anbiya 92,
Al-Hujurat 112}.Prinsip kesatuan ini selanjutnya menjadi dasar pemikiran global
tentang nasib ummat manusia di seluruh dunia. Yaitu pandangan, bahwa hal-hal
yang menyangkut kesejahteraan, keselamatan, dan keamanan manusia, termasuk
masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, tidak cukup dipikirkan dan
dipecahkan oleh sekelompok masyarakatatau bangsa tertentu, melainkan menjadi
tanggung jawab antara suatu bangsa dan bangsa lainnya.
4) Dasar Keseimbangan, yang dimaksud dengan dasar
keseimbangan adalah prinsip yang melihat antara urusan dunia dan akhirat,
jasmani dan rohani, individu dan sosial, ilmu dan amal dan sesterusnya adalah merupakan
dasar yang antara satu dan lainnya saling berhubungan dan saling membutuhkan.
Prinsip keseimbangan ini merupakan landasan terwujudnya keadilan, yakni adil
terhadap diri sendiri dan adil terhadap orang lain.
5) Dasar Rahmatan Lil Alamin, maksud dari dasar
ini adalah melihat bahwa seluruh karya setiap muslim termasuk dalam bidang
pendidikan adalah berorientasi pada terwujudnya rahmat bagi seluruh alam,hal
ini termaktub dalam Al-Qur`an Surah Al-Anbiya 107.
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”. (Qs.Al-Anbiya
107).
Pendidikan untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia adalah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan rahmat bagi
seluruh alam.[11]
Adapun sumber pendidikan Islam, selain Al-Quran dan Al-Sunnah, juga
sejarah Islam, pendapat para sahabat dan filsuf, mashlahat dan ‘urf yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
Al-Sunnah. Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah dapat dijumpai bahwa dasar –dasar
pendidikan Islam, yaitu dasar religious, dasar filsafat Islam, dan dasar ilmu
pengetahuan (psikologi, sejarah, sosial-budaya, ekonomi, politik, dan
administrasi).[12]
d.
Pengertian
Anak Didik
Menurut Abuddin Nata, anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang
tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan pengarahan. Dalam
pandangan Islam, hakekat ilmu adalah milik Allah. Sedangkan proses
memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu dari Allah,
maka membawa konsekuensi perlunya anak didik mendekatkan diri kepada Allah atau
menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia yang disukai Allah.
Adapun akhlaq yang harus dimiliki oleh seorang anak didik, Abuddin
Nata dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, mengutip pendapat Asma Hasan Fahmi
bahwa ada empat akhlaq yang harus dimiliki seorang anak didik, yaitu:
1) Seorang anak didik harus membersihkan hatinya
dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar
merupakan ibadah yang tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih.
2) Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut
ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri
kepada Allah dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.
3) Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh
ilmu pengetahuan dan bersedia pergi merantau.
4) Seorang anak murid wajib menghormati guru dan
berusaha agar senantiasa memperoleh kerelaan dari guru.[13]
Dari berbagai komponen tersebut dalam pelaksanaannya harus sesuai
dengan prinsip wajib belajar mengajar, pendidikan berwawasan global, pendidikan
untuk semua, integralistik dan seimbang, sesuai dengan bakat dan minat peserta
didik, menyenangkan dan menggembirakan, berbasis pada riset dan rencana yang
matang, unggul dan professional, rasional dan objektif, berbasis pada
masyarakat, sesuai dengan perkembangan zaman, sejak usia dinidan pendidikan
terbuka.[14]
e.
Lingkungan
Pendidikan Islam
Islam memiliki pandangan bahwa proses pendidikan selain dipengaruhi
oleh bakat dan potensi yang dimiliki anak didik, juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Karenanya Islam menganjurkan agar menciptakan lingkungan pendidikan
yang baik, yakni lingkungan rumah tangga, sekolah, masyarakat, dan lainnya yang
diwarnai dengan nilai –nilai ajaran Islam.[15]
Lingkungan pendidikan Islam adalah suatu institusi atau lembaga
dimana pendidikan itu berlangsung. Lingkungan Tarbiyah al-Islamiyah di dalamnya
terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan
Islam dengan baik, lingkungan sebagai sebuah tempat kegiatan sesuatu hal,
mendapat pengarahan dan perhatian dari Al-Qur`an al-Kariim, lingkungan dalam
Al-Qur`an dikenal dengan istilah al-qaryah yang diulanda dalam Al-Qur`an
sebanyak 52 kali.
Adapun fungsi likngkungan Tarbiyah Islamiyah antara lain menunjang
terjadinya kegiatan proses belajar mengajar secara aman, tertib, dan
berkelanjutan. Untuk ini, Al-Qur`an memberi isyarat tentang pentingnya
menciptakan suasana saling menolong, saling menasehati dan seterusnya agar
kegiatan yang dijalankan manusia dapat berjalan dengan baik.
Yang termasuk lingkungan atau tempat berlangsungnya kegiatan
pendidikan Islam terdiri dari rumah, masjid, kutab dan madrasah, lanjut tentang
lingkungan pendidikan Islam, Abuddin Nata membagi lingkungan pendidikan Islam
tiga bagian, Satuan Pendidikan Luar Sekolah yaitu lingungan keluarga,
Lingkungan Pendidikan Dalam Sekolah, serta Lingkungan Masyarakat.[16]
f.
Kurikulum
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sepanjang sejarah kegemilangannya memandang
kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan
menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan,
bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan keterampilan mereka yang bermacam-macam dan
menyiapkan mereka dengan baik untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di
muka bumi.
Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, Abuddin Nata mengutip
pendapat Omar Muhammad at-Toumy al-Syaibani bahwa kurikulum pendidikan
Islam memiliki lima ciri yaitu:
1) Menonjolkan tujuan agama dan akhlaq pada
berbagai tujuannya, kandungan, metode, alat, dan tekniknya bercorak agama.
2) Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya,
yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran
yang menyeluruh.
3) Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang
dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan.
4) Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata
pelajaran yang diperlukan anak didik.
5) Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan
dengan minat dana bakat anak didik.
6) Kurikulum pendidikan Islam selain memiliki
ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, ia juga memiliki prinsip yang harus
ditegakkan. Al-Syaibany menurut yang dikutip Abuddin Nata menyebutkan tujuh
prinsip kurikulum pendidikan Islam, yaitu: 1) Prinsip pertautan yang sempurna
dengan agama, 2) Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan
kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup akidah, akal, dan jasmani, 3)
Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum,
4) Prinsip keterkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, keterampilan
dan kebutuhan pelajar, 5) Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual
antara para pelajar, 6) Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman dan tempat, 7) Prinsip keterkaitan antara berbagai
mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam
kurikulum.[17]
g.
Evaluasi
Dalam Pendidikan Islam
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena
hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan
perbaikan kegiatan pendidikan.
Ajaran Islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi
tersebut. Allah SWT dalam berbagai fiman-Nya dalam kitab suci Al-Qur`an memberitahukan
kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan
suatu tugas penting dalam tangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan
oleh pendidik. Adapun tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan
pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur`an antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut: 1) Untuk menguji daya kemampuan orang manusia beriman terhadap
berbagai macam problema hidup yang dialaminya. 2)
Untuk mengetahui sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telahditerapkan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, terhadap umatnya. 3)Untuk
menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan
manusia, sehingga diketahui manusia yang paling muliadi sisi Allah SWT.[18]
C. RANGKUMAN
Dari berbagai karya dan tulisannya di bidang pendidikan, Prof. Dr. Abuddin Nata,
MA., bisa dikategorikan bukan hanya praktisi pendidikan, namun juga pemikir
pendidikan Islam yang menawarkan beberapa pemikiran dan konsep yang bisa
diaplikasikan dalam pendidikan Islam.
Visi dan misi pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah sejalan
dengan ajaran Islam itu sendiri, mendekatkan manusia kepada Allah dan menjadi
rahmatan lil alamin, serta menjaga kehormatan manusia. Adapun
tujuan pendidikan Islam, membimbing manusia untuk menyembah dan mentauhidkan
Allah. Pendidikan Islam menurut Abuddin Nata memiliki dasar-dasar diataranya,
dasar tauhid, dasar kemanusiaan, dasar keseimbangan, dasar persatuan, dasar
rahmatan lil alamin.
Menurut beliau anak didik harus mendekatkan diri kepada Allah atau
menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia yang disukai Allah.
Lingkungan pendidikan menurut Abuddin Nata mencakup keluarga,
sekolah, dan Masyarakat. Abuddin Nata menyebutkan bahwa, kurikulum pendidikan
sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik untuk menyiapkan mereka
dengan baik untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Menurut Abuddin Nata, Al-Qur`an telah memberitahukan kita, bahwa
pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting
dalam tangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik.
D. SUGGESTED READING
Gagasan
dan pemikiran pendidikan Abuddin Nata yang dikutip dari buku Pafadigma Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam, 2001 dapat
ditelusuri dari berbagai karya dan tulisan beliau di bidang pendidikan, serta
aktifitas beliau di dunia pendidikan.
Menurut Abuddin Nata yang dikutip dari buku yang berjudul Studi
Islam Komprehensif cetakan pertama tahun 2011 Ilmu pendidikan Islam secara
sederhana adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek pendidikan (visi,
misi, tujuan, sasaran, pendidik, dan tenaga pendidik, pengelolaan, sarana dan
prasarana dan lain sebagainya). Dengan berdasar pada ajaran Islam. Bahwa sumber
ajaran Islam, selain Al-Quran dan Al-Sunnah, juga sejarah, filsafat, dan
pemikiran manusia.
Berikut
akan dikemukakan tujuan utama pendidikan Islam menurut Dr. Abdurrahman al-Nahlawi dalam kitabnya usul
at-Tabiyah al-Islamiyah cetakan kedua tahun 2001 yaitu, terwujudnya ibadah
kepada Allah semata dalam kehidupanpribadi dan masyarakat.
E. LATIHAN
1. Jelaskan secara singkat mengenai ilmu pendidikan
Islam!
2. Komponen apa saja yang ada dalam ruang lingkup
pendidikan Islam!
3. Sebutkan apa saja dasar –dasar pendidikan
Islam!
4. Jelaskan visi pendidikan Islam berdasarkan
Al-Quran dan Al-Sunnah!
5. Tujuan pendidikan Islam yang universal itu
seperti apa? Jelaskan!
Jawaban
1. Ilmu pendidikan Islam secara sederhana adalah
ilmu yang membahas tentang berbagai aspek pendidikan (visi, misi, tujuan,
sasaran, pendidik, dan tenaga pendidik, pengelolaan, sarana dan prasarana dan
lain sebagainya). Dengan berdasar pada ajaran Islam. Bahwa sumber ajaran Islam,
selain Al-Quran dan Al-Sunnah, juga sejarah, filsafat, dan pemikiran manusia.
2. Yaitu meliputi visi, misi, tujuan, dasar –
dasar pendidikan islam, pendidik, peserta didik , sarana prasarana,
kurikulum, dan evaluasi .
3. a. Dasar tauhid
b. Dasar Kemanusiaan
c. Dasar Keseimbangan
d. Dasar persatuan
e. Dasar rahmatan lil alamin.
4.
Yaitu tercantum
dalam Al-Qur`an Surah Al-Anbiya 107.
$tBur»oYù=yör&wÎ)ZptHôqyúüÏJn=»yèù=Ïj9ÇÊÉÐÈ
Artinya:
“Dan
Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”. (Qs.Al-Anbiya 107)
5. Inti
dari semua rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan para ahli ini ialah
terbinanya seluruh potensi manusia seutuhnya: jasmani, rohani, materil,
spiritual, hati nurani, akal pikiran, bakat, dan lainnya, dengan cara
memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dalam menguasai teknologi, sikap,
kepribadian, karakter,
secara seimbang, sesuai dengan nilai –nilai ajaran islam.
F. DAFTAR ISTILAH
1.
Ibtidaiyah : permulaan
2.
Aktivis : orang yang aktif (menjadi
anggota) suatu organisasi
3.
Institut : lembaga pendidikan tinggi
4.
Visi :
pandangan
5.
Universal :
sifat yang umum, mencakup secara keseluruhan
6.
Rohani : berkenaan dengan roh/jiwa
7.
ideal : sesuai dengan cita-cita
8.
fundamental : yang paling pokok
9.
Ilahiyah : sifat ketuhanan
10. Global :
menyeluruh
11. Religi :
kepercayaan/agama
12. Profesional :
mengenai profesi
13. rasional
:
menurut pikiran sehat
14. objektif :
eksistensinya tiak dipengaruhi oleh pemikiran atau perasaan orang lain
DAFTAR
PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta
: Gaya Media Pratama.2005, Cet Pertama
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta:
Kencana Pernada Media Group. 2011, Cet Pertama
Abdurrahman an-Nahlawi, Usul at-Tarbiyah al-Islamiyah,
Lebanon, Darul Fikr, 2001, Cet II
[1] Abuddin Nata, Pafadigma
Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam, 2001, Jakarta,
Pt.Gramedia, Hal 338
[2] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet Pertama Hal 274.
[3]Ibid, Hal 275.
[4]Abuddin Nata, Pafadigma
Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam, 2001, Jakarta,
Pt.Gramedia, Hal 338.
[5] Abuddin Nata, Studi
Islam Komprehensip, 2011, Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Cet
Pertama. Hal 211
[6]Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya
Media Pratama. Cet Pertama, Hal 35
[7] Abdurrahman an-Nahlawi,
Usul at-Tarbiyah al-Islamiyah, Lebanon, Darul Fikr, 2001, Cet II, Hal 108.
[8] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet Pertama. Hal
106
[9] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, 2011, Jakarta:
Kencana Pernada Media Group. Cet Pertama. Hal 212-213
[10]Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, 2011, Jakarta:
Kencana Pernada Media Group. Cet Pertama. hal 110
[11] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet Pertama. Hal 63
[12] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, 2011, Jakarta:
Kencana Pernada Media Group. Cet Pertama. Hal 213
[13] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet Pertama. Hal
135.
[14] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, 2011, Jakarta:
Kencana Pernada Media Group. Cet Pertama. Hal 214
[15]Ibid, hal 214
[16]Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet Pertama. Hal
172
[17] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet Pertama. Hal 180.
[18] Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet Pertama. Hal 190
Tidak ada komentar:
Posting Komentar