Nama :
Nurhidayah
Jurusan :
MPI B/2013
NIM :
1132010051
UIN SGD BANDUNG
BAB I
Pendahuluan
A. Pengertian Al-Qur’an
Ilmu Al-Qur’an terdiri dari dua kata: ilmu dan
Al-Qur’an. Dalam al-Zarqani (1988/1:4), sebagian ulama memahami sebagai, “…
Gambar sesuatu yang dihasilkan dalam akal.”
Dan memahami Al-Qur’an sebagai “… Kalam Allah Swt
yang diturunkan kepada Rasulullah saw. sampaikan kepada umatnya secara
mutawatir, dan dari surat al-Fatihah sampai surat al-Nas.”
Berdasarkan pengertian ilmu dan Al-Qur’an di atas,
maka ilmu Al-Qur’an dapat dipahami sebagai, “… Ilmu yang membahas segala
sesuatu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik dari segi bahasanya, penurunnya,
periwayatannya, dan susunannya.”
B. Ruang Lingkup Ilmu Al-Qur’an
Ilmu Al-Qur’an dapat dibagi ke dalam tiga macam:
1. Ilmu Al-Qur’an yang berkaitan dengan
apa-apa yang ada di dalam Al-Qur’an (ma fi AL-Qur’an)
2. Ilmu Al-Qur’an yang berkaitan dengan
apa-apa yang ada di sekitar Al-Qur’an (ma haula Al-Qur’an)
3. Ilmu Al-Qur’an yang berkaitan dengan
apa-apa yang digunakan untuk berkhidmat kepada Al-Qur’an (ma li Al-Qur’an)
Ilmu Al-Qur’an dapat dipelajari dengan dua cara:
1. Dengan riwayat, yaitu dengan mempelajari
dan menelusuri sejumlah periwayatan yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
2. Dengan dirayat, yaitu dengan mempelajari
dan melakukan analisis-analisis terhadap Al-Qur’an.
Ada dua dalil yang akan dikemukakan dalam sub bahasan
ini, yaitu dalil untuk mempelajari Al-Qur’an dan dalil untuk memperlajari ilmu
Al-Qur’an. Secara umum perintah untuk mempelajari Al-Qur’an diantaranya dapat
ditelusuri melalui dua sumber, ayitu Al-Qur’an dan Hadits.
Muhkam dan Mutasyabih
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Dalam al-Sabt (tt/26:659, sebagian memahami muhkam
sebagai “... sesuatu yang sudah jelas (penunjukkan) maknanya dan bisa
dipahami dengan sendirinya.”
Sedangkan Mutasyabih, dalam al-Sabt (tt/2:660),
sebagian ulama memahaminya sebagai “… sesuatu yang belum jelas (penunjukkan)
maknanya dan belum bisa dipahami dengan sendirinya kecuali dengan menggunakan
(sesuatu) yang lainnya.”
Dari pengertian
tersebut dapat dirinci dalam delapan pengertian:
1. Ayat muhkam adalah dalam surat al-An’am
151-154, dan mustasyabih adalah huruf terputus pada pembuka surat.
2. Muhkam adalah ayat yang bersifat mubayyan, sedangkan
mustasyabih adalah bersifat mujmal.
3. Muhkam adalah yang berkaitan dengan hukum,
sedangkan mustasyabih adalah lainnya.
4. Muhkam adalah ayat yang memiliki satu
pengertian sedangkan mustasyabih memiliki banyak pengertian.
5. Muhkam adalah ayat tidak ada hubungannya
dengan sifat Allah sedangkan Mutasyabih adalah ayat yang ada hubungannya dengan
sifat Allah maupun Nabi.
6. Muhkam adalah ayat yang bisa dipahami akal
sedangkan mutasyabih ayat yang tidak bisa dipahami dengan jangkauan akal.
7. Muhkam adalah ayat yang memiliki makna
sesuai dengan lahiriah ayat, sedangkan mutasyabih memiliki makna lain disamping
makna lahiriah.
8. Muhkam adalah ayat yang mudah untuk
ditafsirkan, sedangkan mutasyabih adalah ayat yang sulit untuk ditafsirkan.
Ayat-ayat
Al-Qur’an merujuk kepada apa yang dinyatakannya, terbagi menjadi tiga macam,
yaitu muhkam secara keseluruhan, mutasyabih secara keseluruhan dan sebagian
muhkam dan sebagian lainnya mutasyabih.
B. Pembagian Muhkam dan Mutasyabih
Tingkatan pertama bisa dipahami sebagai muhkam, dan
dua tingkatan terakhir bisa dipahami sebagai mutasyabih. Kemudian mutasyabih
dapat dirinci ke dalam tiga macam: mutasyabih dalam kata, mutasyabih dalam
makna dan mutasyabih dalam kata sekaligus makna.
C. Menjadikan Muhkam yang Mutasyabih
Ada tiga cara untuk menjadikan muhkam yang mutasyabih,
yaitu dengan cara menggunakan ayat yang lain, menggunakan hadits dan berijtihad
ilmiah.
Asbab Al – Nuzul: Sebab – Sebab Turunya Alquran
A. Pengertian Asbab al-Nuzul
Dalam
al-Zarqani (1988/1:106), sebagaian ulama memahami asbab al-nuzul sebagai, “…
Peristiwa yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, atau yang dapat
dijadikan petunjuk hukum berkenaan dengan turunnya ayat pada saat itu.”
Dari
Pengertian di atas asbab al-nuzul dapat dipahami ke dalam tiga arti:
1. Peristiwa yang menjadi petunjuk hukum
sebelum turunnya ayat.
2. Peristiwa yang menjadi petunjuk hukum
sebelum dan sesudah turunnya Al-Qur’an.
3. Peristiwa yang menjadi petunjuk hukum
berkenaan dengan turunnya Al-Qur’an.
B. Cara Mengetahui Asbab al-Nuzul
Sebagaimana
dikatakan diatas, bahwa asbab al-nuzul dapat dibagi kedalam due pengertian
mikro dan makro. Pemilihan pengertian ini menjadikan asbab al-nuzul dapat
diketahui melalui dua cara:
1. Berdasarkan riwayat. Ketika dipahami dengan
pengertian pertama dan kedua atau dengan pengertian mikro.
2. Berdasarkan dirayat. Ketika dipahami dengan
pengertian ketiga makro.
C. Jenis-jenis Riwayat Asbab a-Nuzul
Penelusuran asbab al-Nuzul berdasarkan riwayat dapat
disimpulkan ke dalam tiga jenis:
1. Satu sebab untuk satu ayat.
2. Satu sebab untuk beberapa ayat.
3. Beberapa sebab untuk satu ayat.
Asbab al-nuzul
memiliki peran yang sangat besar dalam memahami Alquran.Sebagaimana dikatakan
al-Wahidi (2004:41), bahwa tidak mungkin mengetahui penafsiran sebuah ayat
tanpa memperhatikan kisah dan penjelasan turunnya.
Ada tiga kaidah
yang berkenaan dengan asbab al-nuzul:
1.
Kaidah keumuman lafal
2.
Kaidah kekhususan sebab
3.
Kaidah maqasid
Munasabah
A. Pengertian Munasabah
Munasabah yaitu hal yang berbicara tentang berbagai
keterkaitan yang ada dalam Al-Qur’an. Termasuk dari antara kajian munasabah, keterkaitan antara nama surat
dengan penandaan, kata dengan berikutnya, dan lainnya. Ada perbedaan antara
urutan-urutan bagian Al-Qur’an dengan bagian Al-Qur’an dengan ilmu yang
mempelajari tentang urutan-urutan bagian Al-Qur’an.
B. Munasabah Al-Qur’an: Antara Kronologisnya
Turunnya dan Urutan-urutannya dalam Al-Qur’an
Ada
keterkaitan yang erat asbab al-nuzul dengan munasabah Al-Qur’an. Asbab al-nuzul
berbicara tentang keterkaitan ayat dengan peristiwa yang menjadi sebab turunnya
dan munasabah berbicara tentang keterkaitan yang terjadi dalam Al-Qur’an. Bila
dua ilmu dipadukan, maka memunasabahkan apa yang ada dalam Al-Qur’an bisa
disusun berdasarkan kronologis turunnya. Sehingga munasabah bisa berarti dua:
pertama keterkaitan berdasarkan kronologisnya turunnya dan kedua keterkaitan
dalam Al-Qur’an berdasarkan urutan-urutannya dalam mushaf.
C. Pembagian Munasabah:
1. Munasabah dalam satu ayat
2. Munasabah dalam satu surat
3. Munasabah antara surat
D. Peranan Munasabah dalam memahami Al-Qur’an:
1. Munasabah antara satu kata dengan kata lain
dalam satu ayat
2. Munasabah antara isi dengan asma al-husna
3. Munasabah antara nama, awal, dan kandungan
surat
4. Munasabah antara satu ayat
5. Munasabah antara satu kata dengan kata lain
dalam surat yang berbeda
6. Munasabah antara surat
BAB II
Contoh-Contoh
A. Ilmu Al-Qur’an
1. Contoh cara mempelajari Al-Qur’an dengan
cara riwayat. Tentang surat At-Taubah
tanpa bismillah.
Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Daud, at-Tarmidzi
dan an-Nasa’i dari Ibnu Abbas ra, Bahawa beliau pernah bertanya kepada Ustman
bin Al-Affan ra, “Apa yang menjadi alasan Anda mencantumkan surat at-Taubah
setelah Al-Anfal, tanpa mencantumkan basmalah di antara keduanya?”. Beliau
menjawab bahwa Rasulullah SAW apabila turun satu ayat, maka beliau akan
memanggil para penulis wahyu dan berkata, “cantumkan ayat-ayat ini di surat
yang disebutkan didalamnya anu. Surat al-Anfal merupakan surat-surat yang
pertama diturunkan di Madinah, sedangkat At-Taubah merupakan surat terakhir
turun. Dan ternyata kisah yang terkandung di dalam kedua surat tersebut saling
menyerupai sehingga aku mengira bahwa surat At-Taubah termasuk surat Al-Anfal”,
kemudian Rasulullah SAW wafat sebelum menjelaskan hal tersebut.
2. Contoh cara mempelajari Al-Qur’an dengan
cara dirayat. Sebagaimana bahwa setiap surat Al-Qur’an dapat ditelusuri di
antaranya berdasarkan enam penamaan:
b. Ungkapan bagian awal. Penamaan dengan
kategori ini semisal penamaan surat ke -109 dengan surat Qul Yaa.
قُلْ يٰٓآَ يُّهَاالْكٰفِرُوْنَ (١)
c. Kata pengenal atau kata kunci pada
permulaan surat. Penamaan dengan kategori ini semisal penamaan surat ke-79
dengan surat An-Nazi’at.
وَالنّٰزِ عٰتِ غَرْقَاۙ (١)
d. kata pengenal atau kata kunci pada
pertengahan surat. Misal penanaman surat ke- 98 dengan surat Al-Bayyinah ayat
4.
وَمَا تَفَرَّ قَ الَّذِيْنَ اُوْتُواالْكِتٰبَ
اِلاَّمِنْ ۢ بَعْدِ مَا جَآ ءَتْهُمُ
الْبَيِّنَةُ (٤)
e. Nama diri yang muncul di dalamnya. Penanaman
dengan kategori ini semisal penaman pada surat ke-11 dengan Nama Hud, pada
surat ke-14 dengan nama Ibrahim, dan pada surat ke-19 dengan nama Maryam.
B. Muhkam dan Mutasyabih
1. Mahkam secara keseluruhan
Muhkam secara keseluruhan merujuk kepada salah satu firman Allah dalam
surat Al-Adziyat,100:7
وَاِنَّهٗ عَلٰ ذٰلِكَ لَشَهِيْدٌ (٧)
Artinya: “maka barangsiapa
mengerjakan kebaikan sebesar biji zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.”
Jadi jika seseorang melakukan kebaikan apapun itu pasti Allah akan
membalasnya, kebaikan memindahkan paku yang ada ditengah jalan supaya tidak
membahayakan orang lain juga pasti akan dibalas oleh Allah swt.
2. Mutasyabih secara keseluruhan
الٓمٓ (ا) ذٰ لِكَ الْكِتَا بُ لاَ رَيْبَ
فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقيْنَ ۙ (۲)
Artinya : “Alif Lam Mim. Kitab ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Kata Alif Lam Mim tidak ada artinya. Jadi di katakana itu ayat
mutasyabih. Biasanya jika ada yang tahu juga itu para ulama.
C. Asbabul al-Nuzul
Asbab nuzul ayat dalam bentuk
peristiwa ada tiga macam.
Pertama; contoh Peristiwa berupa
pertengkaran yang berkecamuk antara dua federasi, seperti; Aus dan
Khazraj.Perselisan ini timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan oleh
orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak senjata. Peristiwa tersebut
menyebabkan dinuzulkannya surat al-imran ayat 100 sampai beberapa ayat
sesudahnya.
يا يها الذ ين امنواان تطيعوا فريقا من الذ ين
او تواالكتب يردو كم بعد ايما نكم كا فرين
Artinya: “hai orang-orang yang beriman,
jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-kitab,
niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah
kamu beriman.”
Kedua, contoh Peristiwa sebuah
kesalahan serius, seperti seorang yang mengimami salat dalam sedang dalam keadaan
mabuk sehingga salah dalam membaca surat al-kafirun.
Peristiwa ini menyebabkan diturunkannya surat
al–Nisa ayat 43
يا يها الذ ين امنوا لا تقربو االصلوة وانتم
سكرى حتى تغلموا ما تقولون
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mendekati sholat dalam keadaan mabuk sehingga kamu
mengerti apa yang kamu
ucapakan…..”
Ketiga, contoh berupa cita-cita dan
keinginan, seperti relevansi ‘Umar bin al-khatahab dengan ketentuan ayat-ayat
al-qur’an. Dalam sejarah, ada beberapa harapan ‘Umar yang dikemukakannya kepada
Nabi saw. Kemudian nuzul ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapan
‘Umar tersebut .Misalnya, al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Annas bahwa
‘Umar berkata: “Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal. Aku katakan kepada
Rasul bagaimana sekiranya kita jadikan makam ibrahim sebagai tempat
shalat.”maka diturunkan surat al-baqarah ayat 125; (‘…jadikanlah sebaagian
dari makam ibrahim tempat shalat…..”); dan aku katakan kepada Rasul,
sesungguhnya istri-istrimu masuk kepada mereka itu orang yang baik-baik dan
orang yang jahat, maka sekiranya engkau perintahkan mereka agar segera
bertabir, maka nuzullah surat al-Ahzab ayat 53″واذا سا لتمو هن متا عا ا فا
سئلو هن من وراء حجب (“…..jika
kamu meminta keperluan kepada mereka (istri-istri nabi), maka
mintalah dari balik tabir….”); dan istri-istri Nabi mengeremuninya pada
kecemburuan. Aku katakan kepada mereka: عسى ربه ان طقنكن ان يبد له
ازواجا خيرا منكن (
keadanya dengan istri-itri yang lebih baik dari kamu ), maka nuzullah ayat serupa
dengan itu dalam surat al-Tahrim ayat 5 (.عسى ربه
……).
D. Munasabah
1. Munasabah Antara penutup surat dengan awal
surat berikutnya
Al-Waqi’ah ayat 56 bermunasabah dengan awal
surat berikuAtnya yaitu Al-Hadid ayat 1.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ. {٦٥}
Artinya: “Maka bertasbihlah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.”
Al-Hadid ayat 1
سَبَّحَ لِلهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ
وَالاْءَرْضِۗ وَهُوَالْعَزِيْزُالْحَكَيْمُ ( ا )
Artinya: “Semua yang berada di langit
dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah).
Dan Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu”
Kemudian permulaan surat
Al-Baqarah disebutkan:
الٓمٓ . ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لاَ رَيْبَ؞ فِيْهِ
؞هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَز(ا-۲)
Artinya: “Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an)
ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang bertakwa”
Al-Fatihah ayat 7
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. (٧)
Artinya: “… yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat”
2. Munasabah antara satu kata dengan kata lain
dalam satu ayat.
Al-Hadid ayat 4
هُوَالَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالأَرْضَ
فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِۘ يَعْلَمُ مَا يَلِخُ فِى
الأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَا يَعْرُجُ
فِيْهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْۘ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
بَصِيْرٌ.{٤}
Artinya: “Dialah yang menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui
apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun
dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu
berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”
Di Antara kata yaliju (masuk) dan kata
yakhruju (keluar), serta kata yanzilu (turun) dan kata ya’ruju (naik) terdapat
kolerasi beretentangan.
BAB III
KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN BUKU
Banyak
Mahasiswa ataupun Mahasiswi yang mengalami kesulitan dalam menempuh perkuliahan
yang dihadapi oleh mereka. Hal
tersebut merupakan problem atau masalah yang sangat mendasar yang dialami oleh
para mahasiswa/mahasiswi dalam menjalani perkuliahan.Salah satu permasalahan
yang dihadapi adalah mengenai materi yang didapat dalam bangku akademik atau
perkuliahan. Terkadang mahasiswa/mahasiswi kurang puas dengan apa yang
disampaikan oleh dosen dalam menyampaikan materi kuliah. Alasan dari hal
tersebut diantaranya adalah keterbatasan yang dimiliki oleh seorang Dosen dalam
menyampaikan materi, mahasiswa/mahasiswi selain menerima materi dari dosen juga
diharapkan memperoleh tambahan dari buku pokok mata kuliah maupun buku – buku
penunjang lainnya. Oleh hal
tersebut setiap mahasiswa/mahasiswi mempunyai buku pegangan untuk setiap mata
kuliah yang diajarkan.
Dari
bergai permasalah tersebut, buku yang berjudul “Ilmu Alquran dan Peranannya
dalam memahami Alquran” yang ditulis oleh Heri Khoiruddin merupakan buku pokok
atau pegangan dalam mata kuliah ULUMUL QUR’AN
untuk para Mahasiswa/mahasiswi agar dapat memahami metari yang diberikan oleh
dosen bukan hanya mendengan dari seorang dosen, melainkan dapat membaca dan
memahami sendiri. Selain itu adapun buku tambahan yang saya baca yaitu yang
berjudul “Ulum Al-Qur’an” yang
ditulis oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag.
Ulumul
quran merupakan salah satu materi atau mata kuliah yang wajib ditempuh oleh
setiap mahasiswa/mahasiswi dalam mempelajari pendidikan agama islam.
Tujaun dari Penulis dalam menulis buku ini adalah agar mahasiswa/mahasiswi
untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan Al-Qur’an,
baik dari segi bahasanya, penurunannya, periwayatannya dan susunannya.Dan
dimaksudkan untuk digunakan dalam pembelajaran mandiri atau sebagai panduan
dasar bagi pelajar/mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu Al-Qur’an.
Buku
ini mempunyai banyak materi yang disampaikan dan dapat dipahami oleh
Mahasiswa/mahasiswi. Buku ini terdiri dari 11 bab dan yang kedua yaitu 10 bab
yang disusun secara sistematis, sesuai dengan tahapah-tahapan yang disesuaikan
dengan tingkat pemahaman mahasiswa/mahasiswi.
Setiap
buku tidak lupu dari kelebihan dan kelemahan, karena penulis adalah seorang
manusia yang jauh dari kesempurnaan, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Buku
berjudul “Ilmu Alquran dan Peranannya dalam Memahami Alquran” yang ditulis oleh
Heri Khoiruddin dan “Ulum Al-Qur’an”
yang ditulis oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. di dalamnya terdapat kelebihan
yang membuat buku ini sesuai dengan mahasiswa/mahasiswi, diantara kelebihan
dari buku ini merupakan sebuah karya yang didalamnya memuat suatu pengetahuan
tentang memahami Al-Qur’an,
penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan EYD serta mudah dipahami, memuat
segala aspek tentang pemahaman Al-Qur’an.
Bahkan buku ini juga sangat simple dan tidak terlalu bertele–tele dalam tiap–tiap
pembahasannya. Selain hal diatas, kelebihan lain dari buku segaligus penulis
adalah banyaknya buku referensi yang digunakan menggambarkan betapa komplek dan
bagusnya sebagai pegangan oleh mahasiswa/mahasiswi dalam mempelajari Ilmu Al-Qur’an. Cover buku ini bagus apalagi kertas dan
jenis huruf pada buku ini adalah jenis kertas dan huruf yang menarik untuk
dibaca. Terkadang buku membosankan karena jenis kertas dan jenis hurufnya tidak
menarik. Buku ini tidak terlalu tebal dan berat namun isinya sangat
berkualitas.
Kelehaman buku ini adalah banyak ayat-ayat yang tidak
ada harokatnya dan menurut saya itu membuat saya kesulitan karena saya sendiri
tidak terlalu mengerti bahasa arab. Terkadang contohnya ada yang kurang jelas
yang membuat bingung. Contoh dengan menggunakan hadits juga kurang banyak dan
itu terkadang membuat saya bingung. Sebenarnya banyak materi yang saya kurang paham karena harus
mencari sendiri contoh lainnya. Penulisan Al-Qur’an harusnya huruf A nya kecil
yang seharusnya besar dan huruf Q nya besar tapi disitu tertulis kecil. Banyak
pula istilah-istilah yang terkadang mahasiswa tidak mengerti.
Demikian
yang dapat saya paparkan terkait dengan buku yangsaya baca. Saya sadar apa yang
telah saya paparkan diatas kurang dari sempurna. Saya meminta maaf apabila ada
beberapa hal yang saya tulis kurang sesuai dengan buku tersebut baik berupa
penulisan maupun kesesuaian dengan buku. Saya
harap penulisan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar