Selasa, 28 Oktober 2014

Sebilah Senyuman Kecil

Ketika jantung berdegup kencang dan hati bergetar hebat seperi lirik lagu milik Sheila On7. Ketika itu kau sulit untuk tersenyum karena sebuah rasa yang sepertinya berhenti di dalam dada dan begitu sakit rasanya untuk ditahan. Ketika itu rasanya aku ingin berteriak, mata ini tak kuasa menahan bendungan air mata yang siap mengalir melewati pipi. Sedikit demi sedikit bendungan air mata yang terkumpul mengalir deras dan membendung kembali di bagian dagu. Rasanya hancur hati ini. Bagaimana mungkin aku sedih di saat seseorang yang special di dalam hidupku sedang merasa sangat bahagia. Bagaimana mungkin aku hendak merusak hari bahagianya. Bagaimana mungkin aku mengungkapkan semua kecemburuanku ini?. Hah? Cemburu? Iya mungkin itu cemburu.
Aku sama sekali tidak merasa menjadi orang yang istimewa bagi dirinya. Tetapi terkadang ada sedikit perasaan yang terbesit dalam pikiran dan hati bahwa aku juga special bagi dirinya. Jleebb.. berjuta rasanya saat aku membaca dan mendengar kalimat “karena yang istimewa akan kalah dengan yang selalu ada”. Hay. Helloww . Sadar lah, aku bukan yang istimewa apalagi yang selalu ada. Tapi kenapa aku sering merasakan bahwa aku selalu ada saat dia butuhkan. Dan anehnya aku tidak berada dekat dengannya. Lantas kenapa merasa begitu? Entahlah, hatiku tidak bisa menjawab dengan pasti, apalagi dengan sebuah kalimat. Hanya hati yang tahu rasanya sakit, bahagia dan cemburu itu.
Hay? Bagaimana kabar hatimu saat mendengar kebahagiaannya tetapi bukan karena kamu? Merasa iri kah? Cemburu kah? Kecewa kah? Lapang dada donk, mana kedewasaanmu. Ceritakan semua yang ingin kamu katakana. Dasar, kau hanya bisa menyimpan sakit mu dalam hati dan kau keluarkan sakitmu dengan air matamu itu. Berarti kah? Maksud aku berarti kah air mata ini?. Waktumu untuk menceritakan sudah terlambat semuanya. Semua sudah terlanjur lebih dan lebih menyakitkan. Kan aku sudah bilang jujur saja tentang semua yang kamu rasa tidak nyaman.
Iya, aku pernah membaca status orang “yang berbahaya itu bukan orang yang suka berbohong, tetapi orang jujur, karena kita tidak tahu sejak kapan dia mulai berbohong”. Haha tertawa. Aku percaya sama dia kok, dia orang baik, dia temanku. Katanya kepercayaan adalah kunci utama dalam sebuah. Apalagi sudah ada komitmen keseriusan. Lantas kenapa aku masih suka cemburu? Katanya itu sifat alamiah, lalu bagaimana dengan rasa sakit ini?.
Saat hari bahagianya dia mendapat surprise dan perempuan yang membuatku cemburu padanya. Aku tahu dia sangat bahagia, kejutan. Tapi tahu kan dia memberikan kabar bahagia itu pada siapa? Padaku. Aku tak memberikan kejutan apapun buatmu, karena entahlah, aku pesimis dengan kejutan yang aku siapkan. Karena aku suka merasa bahwa kau kurang menghargaiku. Aduhh.. tidak kok, tidak merasa seperti itu sih. Hanya saja itu perasaanku, yang aku lakukan itu adalah hal sederhana baginya. Aiiihh…. Sakitnya tuh.
Yang aku tahu, dengan kabar bahagia dan tangisku itu, aku masih bisa sedikit tersenyum dengan tiga kata sederhana dari nya. Tapi apakah semudah itu luka ini hilang? Tidak. Luka ini akan terasa basah dengan hati yang penuh ke khawatiran. Ya Allah… semua ini kembali pada-Mu. Hanya kepada Engkau Yaa Allah aku mengadu dan bercerita dengan penuh harapan. Beharap sakit itu segera hsembuh, prasangka buruk segera pergi, dan kepercayaan datang kembali tanpa keraguan.
Dalam situasi hati yang gawat darurat ini. Kepada siapa lagi aku memohon pertolongan. Astaghfirullohal’adziim. Kenapa masih juga terasa sakit. Bagaimana tidak. Luka yang masih basah tergores lagi. Aku harap luka ini sembuh dalam waktu singkat. Senyum. Senyum. Senyum. Betatapun sakitnya tetaplah tersenyum, kan kamu tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Bisa jadi dia memang hanya menganggap itu sebagai kejutan dari temannya tanpa rasa lebih.
Hey.. rasanya begitu, tetapi aku? Aku rasa tidak, aku bukan hendak berprasangka buruk. Tapi firasatku mengatakan ada yang beda, bukan dari dia, tapi temannya. Orang yang sering membuat nyaman orang lain memang menyakitkan. Baginya biasa, bagiku? Kalian tahu jawabannya. Huft. Dia meyakinkanku, tetapi dia juga menggoyahkan keyakinanku. Lalu aku harus bagaimana? Saya bosan dihinggapi rasa-rasa yang tidak mengenakkan hati ini. Disini saya jaga jarak lah dengan lawan jenis. Jika bukan hal penting aku juga males meladeninya. Ahhh aku kehabisan kata-kata.
Sudahlah, kamu jangan memikirkan hal yang seperti itu, focus lah focus. Hidupmu masih panjang. Perbaiki diri, pantaskan diri, jangan mudah terpuruk hey. Eh eh, kamu mudah sekali berkata begitu, disini badanku masih gemetar, hatiku masih bergetar, dadaku masih sesak, matakku ini selalu menahan bendungan. Iya tau, tapi apa arti itu semua? Bermanfaat kah? Tidak kan? Sama sekali tidak. Lebih baik sekarang lupakan sejenak, ada saatnya bila waktu sudah tepat kau ceritakan semua hal-hal yang mengganjal hatimu. Tenang, tidak akan terjadi penghianatan. Allah mendengar dao-doamu. Buanglah rasa khawatir duniawimu. Coba sekarang pikirkan, bagaimana kabar hatimu yang seharusnya mencintai dan amat mencintai sang Khalik. Apakah masih sehat? Masih berfungsi? Cobalah berfikir jernih kembali. Sucikan hati dari segala prasangka yang kurang baik. Bedakan mana yang  lebih bermanfaat. Bismillahirrahmanirrahiim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar