Judul Buku : Pelatihan
dan Pengembangan Tenaga Kerja Seri 101
Pengarang :
Rolf P. Lyton dan Udai
Pareek
Penerbit : PT. Pustaka Binaan Pressindo, Anggota IKAPI
Tahun terbit : 1984
Tebal : xxii + 380 Halaman
Pendahuluan
Buku Pelatihan
dan Pengembangan Tenaga Kerja. Ini hadir sebagai solusi untuk menjawab tentang pelatihan dan pengembangan karyawan atau tenaga kerja. Buku ini menjadi referens untuk pelatihan dan
pendidikan kerja di masa lalu akan tetapi buku ini juga sebagiannya bisa
diterapkan untuk pelatihan dan pengembangan tenaga kerja di masa sekarang.
PELATIHAN : TUJUAN, PARTNER, DAN PROSES
A.
Berbagai Asumsi Dan Konsepsi Baru Tentang Pelatihan
Pelatihan sangat diperlukan karena pelatihan
adalah bidang yang terus bergerak dan masih berkembang dengan cepat. Pelatihan
bukanlahmerupakan obat mujarab untuk segala macan permasalahan, tetapi juga
bukan pemborosan waktu belaka, yang paling diperlukan ialah menggunakan rasa
ketidaksabaran yang sudah ditakdirkan ada itu untuk memperoleh lebih banyak
pengertian mengenai apa yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh
pelatihan, dan memperoleh lebih banyakketerampilan untuk merancang dan
melakasanakan suatu pelatihan secara efektif dan ekonomis. Pelatihan perlu
mengadakan penelitian yang mendalam dan bersungguh-sungguh.
1.
Pengetahuan dan Tindakan
Pendidikan terutama berkaitan dengan pembukaan
dunia bagi siswa sehinga ia dapat memilih minat perhatiannya dan cara hidupnya,
juga kariernya. Pelatihan terutama mempersiapkan peserta untuk mengambil jalur
tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempatnya
bekerja.
2.
Pelatihan dan Pembelajaran: dua sisi pandang
Pembelajaran adalah suatu jenis tindakan, seperti macam-macam tindakan
lainnya, pembelajaran tergantung pada banyak hal itu. Terutama pendidik dan
peserta didik bekerja sama, mereka mungkih lebih mengerti pandangan
masing-masing dan dapat memperhitungkannya.
3.
Pemelajaran dan Tindakan : Peserta dan
Organisasi
Pengkaitan secara dangkal pelatihan perorangan dengan tindakan yang efektif
berarti mengabaikan adanya bermacam-macam persoalan dalam memperkenalkan dan
penyokong suatu perubahan dalam organisasi. Pendayagunaan dari keterampilan
perorangan tergantung pada jumlah orang dan sering juga pada sumberdaya
tambahan. Hal itu memerlukan dorongan, dukungan, dan suatu organisasi yang mau
menerima. Dengan mengambil suatu ancangan keorganisasian itu berarti bahwa
pelatihan dimulai dengan mengajukan sejumlah pertanyaan keorganisasian.
Sutu masalah tetap merupakan suatu ketidakpastian sungguh-sungguh
bermanfaat. Perkembangan pribadi adalah
suatu yang baik. Kebijakan yang positif bisa juga disengaja. Ini bisa
disebabkan oleh sifat industri itu sendiri yang berubah, oleh pesatnya
teknologi baru, oleh metode manajemen , pasar dan sebgainya yang dihadapi oleh
organisassii itu.
4.
Tanggung Jawab Untuk Pelatihan
Jika tujuan pelatiha adalah tindakan dalam organisassi, maka tidaklah
realistis menyerahkan seluruh tanggungjawab pelatihanpada lembaga pelatihan.
B.
Tindakan Melalui Pelatihan Atau Tindakan
Melalui Kekuatan
Pelatihan secara tepat merupakan bagian dari erakan menuju persamaan yang
lebih besar di antara banyak orang menuju peluang yang lebih merata,
partisipasi, keterlibatan, dan harapan yang makin besar. Masalah pelatihan
selalu ada. Masalh pelatihan itu mempunyai akar-akar yang dalam dan dasar yang
luas. Kkekurangan dari pelatihan yang ada sekarang mungkin sangat menyolok.
Tetapi kekurangan itu dapat diselidiki dan dihilangkan, dan kemajuan yang nyata
dapat dicapai dalam tindakan.
STRATEGI PELATIHAN
A.
Empat Persoalan Strategik
Kecermatan dalam menggunakan sumber daya hanya untuk proyek-proyek yang
merupakan variabel penting bagi pelatihan adalah salah satu tanggung jawab
profesional peserta darinlembaga pelatihan. Ini mencangkup suatu penilaian
apakah terdapat keadaan yang memadai untuk kemungkinan berhasilnya pelatihan
itu. Dalam hal ini pelatihan ibarat suatu proses pembikinan. Baik tujuan maupun
saraany harus sesuai dengan maksudnya.
1.
Suatu Persfektif Tindakan
Dilhat dari Persfekrif tindakan, pelatihan merupakan sautu upaya sistematis
untuk mengembangkan suber daya manusia, perorangan , kelompok, dan juga
kemampuan keorganisasian yang diperlukan untuk mngurus tugas ddan keadaan
sekarang, juga untuk memasuki masa depan, dan menanggulangi persoalan serta
masalah yang ditimbulkan dalam kedua-duanya. Maka suatu strategi pelatihan yang
efektif terpusat pada upaya memperkuat hubunngan antara pelatiha dengan
tindakan, dan upaya membuat pelatihan itu menjadi suatu alat tindakan yang
efektif di lapangan. Dalam pelaksanaan, pelatihan itu mungkin akan menimbulkan
proyek-proyek tindakan, dan setelah berkembang nantinya akan memperlihatkan
secara garis besar berbagai senjang baru dalam kecakapan yang harus diisi
melalui pelatihan.
2.
Penentuan Tujuan
Penentuan tujuan yang sesuai untuk pelatihan merupakan langkah berikutnya
setelah strategi tindakan menyeluruh yang jelas. Perubahan-perubahan. Biasanya
dalam pelatihan terjadi kegagalan. Kegagalan pertama bukanlahkegagalan lembaga
pelatihan, tetapi kegagalan organisasi kerja. Kenyatan sebenarnya ialah bahwa lembaga pelatihan itu tidak berbuat
sejauh itu. Lembaga bisa menawarkan konsultasi, bahkan kerjasama, untuk
menyususn tujuan. Agar pelatihan berguna pelatihan haruslah lebih baik. Pelatiha harus merupakan suatu tindakan yang
kreatif. Lembaga pelatihan tidaklah menentukan tujuan perubahan tersebut, yang
menetukan tujuan tersebut adalah kebijakan nasional dan keorganisasian.
Ada dua langkah yang diperlukan sebelum suatu pelatihan dapat dilaksanakan
dengan baik yaitu sebagai berikut :
a.
ialah memastikan bahwa perubahan itu
benar-benar membutuhkan pelatihan, setelah diputuskan diadakan perubahan. Apa yang dibutuhkan organisasi bukannya
pelatihan, artinya pelatihan bukan yang no satu, tetapi banyak perencaan operassional
yang terinci, dan pelaksanaan rencana itu.
b.
Ialah menetukan peranan yang dapat dimainkan
oleh pelatihan dalam perubahan itu. Beberapa segi pokok dari keterampilan
seorang manajer atau seorang pemimpin tentu saja dapat dikembangkan melalui
pelatihan yang sesuia, pemilihan waktu yang sesuai, bagi orang-orang yang
sesuai,, yang ditenpatkan pda tempat-tempat yang sesuai pila dalam organisasi.
3.
Merencanakan Sfesifikasi Pelatihan
Dengan menetukan metode dan keperluan, jadwal waktu pelatihan seluruhnya
untuk perubahan itu juga dapat ditentukan. Persyaratan pelatihan bagian-bagia
yang berbeda dijumlahkan perincian pelatihan harus harus meliputi dua segi
lainnya. Pertama, perincian itu perlu menyakan secara tepat sumbangan yang harus
dibeerikan oleh badan-badan diluar lembaga kepada pelatihan itu. Tersedianya
peluang untuk penempatan kerja lapangan merupakan suatu contoh selama pelatihan
berlangsung, sedangkan dukungan yang memadai setelah para peserta kembali dari
pelatihan dan mulai bekerja baru merupakan contoh untuk keumudian. Maka bagi lembaga penelitian
, strategi yang sifatnya ekstern meliputi sautu rangkaian terdiri dari lima
langkah. Masing-masing langkah membawa lembaga dalam hbungan yang lenih dekat
dengan organisasi kerja.
Perincian kerja yang di susun oleh lembaga dan disetujui oleh organisasi
kerja meliputi berbagai jasa dan keiatan stelah kembalinya para peserta dari
pelatihan mereka.
4.
Pemograman
Tugas pertama lembaga pelatihan ialah mempergunakan sebaiknya miungkin
sumber daya pelatihan, keterampilan para penatar, waktu dan kemudahan yang
tersedia, maupun sumber daya dan peluang pelatihan setempat. Strategi
pemograman menggabungkan berbagai sumber daya yang berlainan menjadi masukan
yang berguna.Dalam sistem seperti itu dampak proses pelatiha akan menjadi
sangat tinggi dan juga paling ekonomis.
B.
Cara-cara Pelatihan
Langkah pertama dalam pemograman ialah memilih
cara pelatohan yang sesuai dengan dinamika proses perkembangan dan dengan
konsentrsi usaha minmum yang penting yang diperlukan pada setiap tahap. Cara
pelatihan dapat dibeda-bedakan menurut empat dimensi.
1.
Hubungan langsung atau pelatihan jarak jauh
Pengajaran jarak
jauh mulai dengan menggabungkan kebutuhan akan pelatihan dari suatu kelompok,
mempersiapkan suatu kurikulum yang sesuai untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, mempersiapkan
berbagaimodul yang dapat digunakan oleh pelajar untuk memperoleh pengalaman
pembelajaran yang lebih jauh.
2.
Pelatihan Formal atau Pelatihan Non-formal
Dalam pelatihan atau cara pembelajaran non-formal, tekanan yang diberikan
pada pengalaman. Alat-alat kreatif dan inovatif digunakan untuk mengubah
pengalaman secara terus-menerus menjadi peluang untuk mengubah pengalaman
secara terus menerus menjadi peluang belajar.
3.
Organisasi Terpusat atau Tersebar
Dasar pelatihan untuk membedakan cara pelatihan ialah pengorganisasian
pelatihan, terutama berkaitan dengan penentuan oleh berbagai badan pelatihan,
atau sebagai alternatif, ditentukan oleh berbagai badan yang dapat minta bantuan
dari lembaga pelatihan.
4.
Ancangan Isi atau Proses
Menempatkan tujuan pelatihan pada pola dua dimensi. Poros pertama
menggambarkan pokok persoalan yang harus dipelajari oleh para
peserta. Poros yang kedua menggambarkam manfaat utama dari pelatihan akan digunakan untuk
abstraksi, untuk menysusun konsepsi dan teori baru. adalah suatu ujungnya.
C.
Enam Arah untuk Pemograman Pelatihan
1.
Program yang Berorientasi Akademis
Penyebaran isi dan meningkatkan pengertian konsepsi. Metode-metode khas
yang dipakai adalah kuliahan, seminar, dan
bacaan serta persiapan perorangan. Tujuannya tercakup dalam suatu
silabus yang harus diliputi.
2.
Program Laboratarium
Program laboratarium juga jauh dari pekerjaan dan organisasi dalam kehidpan
yang sebenarnya. Strategi ini memberikan suatu peluang untuk memperoleh
pengertian dan keterampilan dengan pengelaman langsung dan penggunaan sejummlah
unsur yang terbatas dalam keadaan yang terkendali. Strategi laboratarium dapat digunakaan untuk memperbaiki keterampilan interaksi
sosial yang perlu sekali bagi para manajer, penyelia, penatar, pekerja
masyarakat, dan sejumlah besar lainnya.
3.
Program Kegiatan
Program yang menekankan kegiatan memberi tekanan pada praktek suatu
keterampila tertentu yang dapat dengan jelas dilihat jalan perbaikan prestasi
perorangan dalam pekerjaan tertentu. Karena orientasi ini meletakkan pelatihan
dalam pekerjaan ia menghindari semua masalah perpindajhsm dari pelatihan ke
pekerjaan di kantor sendiri.
4.
Proram Tindakan
Program tendakan tenpa embel-embel adalah padanan dari strategi kegiatan.
Program ini berkenaan dengan organisasi suatu kelompok apa yang dilakukan oleh
strategi kegiatan ini. Program iini juga
terpusat pada isi, bukan proses
5.
Program Pengembangan Orang
Program pengembangan pribadi melengkapi seperangkat program yang bertujuan
untuk melatih individu. Pada dasrnya program ini memberikan banyak peluang
alternatif kepada para peserta.
6.
Program pengembangan Organisasi
Program pengembangan organisasi melibihi program pengembangan perorangan
dalam hal berikut, bahwa fokus mereka yang sentral dan eksplisit tertuju pada
perubahan keorganisasian. Tujuannya ialah untuk mencapai suatu pengertian yang
luas tentang pengembangan terus-menerus dan suatu kesedian yang lebih tinggi
untuk menerima perubahan dan suatu kesiapan untuk perubahan.
D.
Memilih Program yang Sesuai
Pemilihan suatu arah program yang sesuai tergantung pada beberapa faktor.
Faktor pertama adalah tujuanpelatihan, selanjutnya memilih strategi pelatihan
untuk mencapai tujuan itu. Suatu program kegiatan mengembangkan orang lebih
sesuai untuk mencapai tujuan itu. Program kegiatan akan sesuai jika kemungkinan
untuk perubahan dalam waktu dekat adalah sedikit.
TUJUAN
MENYELURUH PROSES PELATIHAN
Fokus pelatiah
pada permulaan ditujukan kepada orang dalam pekerjaan di organisasi seluruhnya
bercampur.Kemana pun fokus itu bergerak selama proses pelatihan, titik
permulaan yang sama kan menjadi fokus lagi pada akhirnya, dengan harapan bahwa
akan ada perbedaan.
A.
Proses Pelatihan Tiga Tahap
1.
Pra Pelatihan
Proses ini memulai dengan pemahaman tentang
keadaan yang memerlukan prilaku lebih efektif. Pendeknya diperlukan suatu
pemberian operasional mengenai pkerjaan orang, karena harus harus dilaksanakan
dengan efektivitas yang lebih tinggi.
2.
Pelatihan
Pelatihan adalah penting juga bahwa organisasi kerja itu menggunakan waktu
ini untuk mempersiapkan keadaan demi prestasi yang lebih baik dari para peserta
sekembali mereka dari pelatihan
3.
Pasca-Pelatihan
Tujuan dari seluruh prose pelatihan ialah perilaku yang lebih efektif dari
seeorang dalam pekerjaan di dalam organisassi. Dalam keadaan yang paling
sederhana, perbaikan ini merupakan variabel yang tidak tegantung dalam proses itu.
B.
Lingkar Pembelajaran Bagi Peserta
1.
Pra-Pelatihan: Harapan dan Motivasi
Untuk memulai pembelajaran, seseorang memerlukan perasaan bahwa ia
membutuhkannya. Itu bberlaku untuk jenis pembelajaran apa pun. Kebutuhan itu
bisa mendesak sekali. Yang sangat penting bahwa peserta ingin tahu apa artinya
mereka pergi ke kursus pelatihan itu jika dibandingkan dengan orang lain.
Alasan utama prganisasi mengirimkan peserta dan menghadapi partisipasi itu
dengan keinginan besar untuk pembelajarannya.
2.
Pelatihan: Membuka Peluang untuk Pembelajaran
Harapan-harapan inilah yang di bawa peserta dari pelatihan ke pekerjaan
yang sesungguhnya. Keterbuakaan terhadap
peluang untuk belajar yang diberikan kepadanya mudahan-mudahan memberikan
serangkaian yang terdiri dari 5 tahap yaitu sebagai berikut:
a.
Seleksi beberapa pokok untuk dipelajari
b.
Percobaan pengalaman permulaan
c.
Umpan balik dan percobaan permulaan
d.
Pemantapan dan praktek seterusnya
e.
Meresapkan apa yang telah dipelajari
3.
Pasca Pelatihan : Memindahkan Pengetahuan ke
Situasi di Lingkungan Sendiri
Program pelatihan telah berakhir. Peserta
pulang dengan membawa apa pun yang telah dipelajari. Dengan mengharapkan
peserta lebih termotivasi dam memiliki kemauan yang tinggi untuk bekerja.
a.
Ada-tidaknya Dukungan Keorganisasian
b.
Perbaikan dalam pekerjaan
C. Proses Pelatihan bagi Organisasi Peserta
Pembelajaran berkembang maju sejalan dengan sisi pandangan peserta, tetapi
tidak hanya demikian hanya dengan pelatihan. Pelatihan tujuan pertamanya
diarahkan pada tujuan organisasi kerja. Sumbangan dari organisassi kerja si
peserta pada proses pelatihan dipusatkan kepada tahap pra-pelatihan dan
pasca-pelatihan. Sumbangan lembaga pelatihan terpusat dalam tahap pelatihan,
tetapi penting juga dalam dua tahap lainnya.
1.
Pra-pelatihan : Sasaran, Seleksi, dan Motivasi
Mengembangan harapan dan motivassi yang menguntungkan di pihak peserta
sebelum mereka memulai pelatihan, dan merencanakan perybahan-perubahan yang
akan diperlukan untuk pelaksanaan tugas yang telah diperbaiki di samping
pelatihan.
a.
Menjelaskan sasaran pelatihan dan penggunaan
personalia yang telah dilatih .
b.
Menyeleksi peserta yang sesuai.
c.
Membangun harapan dan mitivasi yang
menguntungkan pada peserta.
d.
Merencanakan berbagai perubahan dalam
organisasi sehubungan dengan perbaikan yang diproyeksi dalam penuanaian tugas.
2.
Pelatihan : Menghilangkan Kecemasan dan Mengkomunikasikan
Perhatian
Dengan satu atau cara lain, mau tidak mau organisasi menyumbangkan sesuatu
yang penting pada berbagai tahap dalam proses pelatihan.
3.
Pasca-pelatihan: Dukungan dan Penyesuaian
Keorganisasian
Organisasi mulai dengan harapan yang jelass
dengan adanya pegawai yang mengikuti pelatihan. Perhatian dan penerapan sampai
tingkat ini tampaknya memerlukan banyak jerih payah dan biaya. Memang
bermanfaat untuk menentukan secara cermat apa yang berguna untuk dikerjakan,
mengingat investasi yang diperlukan untuk pelatihan.
KEBUTUHAN ORGANISASI DAN MOTIVASI PERORANGAN
Bagaimana kerjasama dapat terjadi? Biasanya kerjasama itu tidak terjadi
sama sekali. Efektivitas pelatihan sebagaian besar hanya merupakan
untung-untungan saja. Lembaga berasumsi bahwa ia mengetahui kebutuhan pelatihan
dari peserta, mungkin diambil dari pengalaman dan pengertian staf pengajar
mengenai bebrbagai perkembangan yang diperlukan sekarang
A.
Kerjasama Keorganisassian Melalui Penjelasan
Kebutuhan
Secara wajr dan sangat jelas permintaan akan pelatiha timbul jika
organisassi berkembang dengan cepat, atau jika dibangun dinas-dinass yang baru
sama sekali. Untuk menghadapi perluasan dan pengertian
personalia, kebutuhan kana pelatihan yang hendak dipenuhui oleh lembaga berasal
dari dua sumber. Satu sumber ialah
berubahnya sifat pekerjaan dan perubahan yang lain ialah
ketidakseimbangan dan salah pengertian yang menurunkan tingkat operasi
organisasi.
Fungsi pertama lembaga pelatihan adalah untuk menyoroti kebutuhan kan
perubahan yang timbul dari sumber-sumber di luar maupun di dalam, dan
membiarkan hal ini meresapi organisassi kerja. Dan fungsi lainnya ialah
memperlunak implikasis dari kegagalan mana pun untuk memenuhi kebutuhan
pelatihan nyata dan yang dapat diramalkan..
1.
Lembaga Tingkat dan Sasaean Kerjasama
Lembaga dapat memulai dengan berbagai cara. Pilihan ini tergantung
pada skala program pelatihan dalam suatu
organisasi dan pada tingkat perubahan yang dapat dibenarkan oleh suatu
organisasi, dan tergantung juga pada sumber daya lembaga sendiri untuk
menjelaskan.
Kita dapat membedakan empat kemungkinan yang terbuka bagi lembaga untuk
mencocokkan tujuan pelatihan dengan kebutuhan organisasi kerja.
a.
Pengumuman tentang kursus
Sebagai syarat yang paling minimum, suatu
isyarat untuk kerjasama, lembaga dapat mengumumkan tujuan pelatiahannya sendiri
dan strategi pelatihan yang dipilhnya dan bahwa lembaga mampu menerapkannya.
b.
Pertemuan dengan Para Pejabat Senor
Beberapa lembaga sebelum memulai sesuatu program
mempunyai kebiasaan untuk mengadakan pertemuan dengan pejabat senior dari organisassi-organisassi yang hendak mereka layani. Jika para pejabat
senior pelu dilatih, maka inilah yang perlu dibicarakan dan disetujui.
kegagalan dalam hal ini sama sekali bukan berarti bahwa para pejabat senior
tidak perlu belajar apa pun atau bahwa mereka tidak bersedia untuk belajar
setalah pembicaraan yang sungguh-sungguh mengenai kebutuhannya.
c.
Pekerjaan Rumah bagi Organisasi Kerja
Sebagai langkah lanjut menuju kerjasama yang
erat, lembaga pelatihan dapat miinta informassi terperinci tentang
perubahan-perubahan dalam pekerjaan yang ingin dipersiapkan oleh organisasi
melalui pelatihan
d.
Kerjasama Penuh
Ada hubungan lanjutan terakhir di mana lembaga
dan organisasi bekerjasama penuh, mitra penuh dalam suatu usaha yang penting
bagi kedua belah pihak. Masalh inisiatif dan tanggungjawab ketika itu sudah tidak
lagi menjadi pembicaraan. Ada gunanya untuk membedakan kerjasama antara lembaga dan
organisasi yang beroperasi penuh dengan kerjasama yang dibangun oleh suatu
lembaga dalam suatu organisasi baru yang dibantu oleh lembaga itu untuk
pengembangannya
2.
Dua Dilema Pengembangan
Dau hal Terakhir: Pertama impilkasi tentang pemenuhankebutuhan itu menjadi
sangat penting demi efektivitas pelatihan. yang Kedua proses pengembangan tidak
dapat dipecahkan secra pura pura, seakan-akan mereka tidak ada atau tidak
penting bagi orang-orang yang telibat di dalamnya.
B.
Menjelaskan Motivasi Perorangan untuk Lemabaga
Pelatihan dan Calon
Kebutuhan akan pelatihan pertama-tama adalah kebutuhan keorganisasian.
Sewaktu tekanan untuk mengadakan perubahan yang dihadapi organisasi itu besaar,
dari luar atau dari dalam, maka organisasi
itu menanggapinya melalui perluasan, melalui penggunaan teknologi baru dan
kebutuhan lainnya. Lembaga mempunyai tujuh rangkaian fungsi yang
berhubungan dengan menyesuaikan para pelamar dan syarat-syarat pelatihan dan
dengan mempersiapkan para calon yang diterima untuk program itu.
1.
Mengumumkan Program
2.
Menyeleksi Para Peserta
3.
Melindungi dari Pikiran-pikiran yang Mengganggu
4.
Lebih Cermat Menjajarkan Harapan
5.
Meminta Para Calon untuk Mengadakan Persiapan
6.
Meningkatkan Motivasi Perorangan untuk
Pelatihan
7.
Melibatkan para peserta dalam Perencanaan
METODE PELATIHAN
Kita akan membahas secara singkat rangkaian yang terdiri
dari tujuh macam metode pelatihan yang berbeda-beda. Masih banyak metode
lainnya, tetapi yang ini meliputi suatu jajaran yang sudah dikenal
A.
Metode Pelatihan di Lapangan
Pelatihan di lapangan merupakan langkah balik yang pertama dari belajar
sambil bekerja. Hal ini dapat memberikan kepada peserta peluang untuk menguji
ide dan teknik tertentu yang dipelajarinya dari kehidupan sehari-hari. Kedua
pelatihan di lapangan juga memberi peluang unruk mengetahui sebnarnya apa yang
dibutuhkan suatu organisasi sesuai dengan kebutuhannya.
Fokus tujuan yang pertama ialah kebutuhan peserta untuk makin cakap
menggunakan suatu teknik tertentu. Untuk tujuan yang kedua, fokusnya adalah
kebutuhan organisasi. Peran peserta dalam lapangan pada dasarnya adalah peranan
seorang pengamat yang berdiri di luar. Ia berada dalam suatau lingkungan kerja
normal, tetapi bukan sebagian dai padanya. Peserta yang cerdik dan rajin dapat
mengetahui banyaktentang bagian tentang apapun, tetapi dari kejauhan. Dari segi
lembaga pelatihan di lapangan merupakan suatu metode yang banyak tuntunannya,
yang memerlukan persiapan yang luas dan sulit.
B.
Metode Simulasi
Simulasi bisa berkisar dinatara cara-cara sederhana untuk menciptakan
kembali peranan dan dinamika kedaan guna membantu para peserta secara
singkatmengalami dan mempraktekkan cara-cara yang berbeda untuk menghadapi
berbagai keadaan dan akibat-akibat, sampai serangkaian keadaan sebab musabab
yang disederhanakan dan direncanakan secara teliti untuk beberpa hari.
C.
Metode Pelatihan Laboratarium untuk
Pengembangan Pribadi dan Organisasi
Tujuan pelatihan laboratarium ialah memberikan kepada para peserta
pengalaman intensif dalam proses saling pengaruh dan proses pembentukan
kelompok, dan mempertahankan hidup, dan menghadapi masalah-masalah hubungan
yang khas juga bagi organisasi yang besar. Peranan pelatihan ialah melalaikan
standar umum hubungan hirarkis persis di hadapan kelompok dan mengabaikan
akibat perilakunya terhadap perasaan masing-masing peserta.
D.
Metode Pencontohan Kehidupan Seebnarnya :
Insiden dan Kasus
Salah satu tujuan dari menggugah penghayatan situasi sampai seolah-olah
mengalami sendiri ialah untuk memperbesar situasi dan masalaha yang harus
dihadapa para peserta selama kursus, jauh melibihi situasi yang meeka temukan
dalam pekerjaan sehari-hari. Tujuan lainnya ialah menyajikan percontohan dari
kehidupan yang sebenarnya dalam gerak lambang sehingga dapat dipelajari secra
terinci. Pesannya disini ialah bahwa data yang disajikan adlah terbatas dan
berharga.
E.
Metode
Pelatihan Perorangan
Mengajar pribadi, latihan keterampilan kursus perorangan, tugas membaca
serta tugas menulis merupakan metode-metode pelatihan perorangan tradisional.
Keuntungan besar dari pelatihan peroranan ialah bahwa para peserta ditegaskan
kedudukannya untuk menetukan kecepatan pelatihan.
F.
Metode
Seminar dan Sindikat
Tujuan seminar, sindikat, dan metode diskusi umumnya ialah menyediakan
peluang bagi peserta untuk bertukar pikiran danmengingat kembali berbagai
pengalaman
G.
Metode Ceramah
Metode ini membiarkan data tetap abstrak dan sekali lagi menghilangkan
dimensi sosial belajar. untuk tujuan pelatihan, yang memang hanya itu kita
diperhatikan di sini, asumsi daar metode kuliah cukup banyak. Daya tarik penyelenggaraan ceramah sebagai suatu metode pelatihannya ialah
kesederhanaannya yang menawan dan pengendalian pelatihan apa yang terjadi
MERENCANAKAN PROGRAM
Organisassi telah melangkah lebih jauh lagi dan telah membagi pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan akan pelatihan di antara berbagai sumber daya
pelatihan yang tersedia personalia senor, bagian pelatihannya sendiri, serta
lembaga-lembaga pelatihan diluar.
A.
Lima Langkah dalam Desain Program
Ada lima langkah dalam perencanaan program pelatihan itu. Uraian langkah
demi langkah serta teratur membuat perencanaan program terlihat mekanis, semacam
perhitungan matematika.
1.
Memilih suatu strategi atau biasanya suatu
kombinasi dari berbagai strategi.
2.
Memecah sasaran pelatihan umum menjadi
beberapa bagian pokok.
3.
Mencari jumlah waktu dan kemudahan yang
diperlukan untuk memenui suatu sasaran melalui perincian dari berbagai metode
pelatihan.
4.
Menentukan
berbagai paket penyajian program dan meminta organisasi milih paket mana yang
dikehendaki.
5.
Dalam
mendesain sautu program pelatihan ialah menysun peristiwa pelatihan yang
terperinci menjadi urutan pelatihan, dan akhirnya menjadi bentuk paket program
menyeluruh.
B. Menguraikan Urutan dan Tema Program
Adalah sangat menari tetapi juga sangat merusak untuk mengancang langkah
berikut dalam mempersiapkan program terutama sebaga masalah administratif. Ada beberapa pertimbangan yang relevan. Disini
akan memusatkan kepada lima pertimbangan:
1.
Membuat tahap-tahap program sesuai dengan
prose belajar.
2.
Menghubungkanprogram dengan harapan-harapan
yang ada.
3.
Membangun kelompok pelatihan.
4.
Memasukkan tema-tema besar pelatihan untuk
pengembangan.
5.
Mempertahankan ketaat-asasan dalam pelatihan
Program tanpa penginapan memberikan tidak begitu banyak peluang untuk
mencapai ketaat-asasan dan intensitas. Namun prinsipnya adalah sama: ialah
menggunakan tiap peluang yang ada, di dalam dan di luar sesi, untuk memajukan
sasaran-sasaran pelatihan
C.
Menyusun Silabus yang Terperinci
Bisa urutan dan tema program sudah ditentukan bukan untuk eterusnya tetapi
cukup untuk menunjukan tekanan utama dan irama program itu, maka dapat
dilanjutkan dengan menyusun silabus yang terperinci.
1.
Stimulus diselangi dengan refleksi.
2.
Menyilingi keterlibatan pribadi dengan
pengambilan jarak
3.
Menyelingi berbicara tentang sesuatu dengan
mempraktekannya
4.
Menyelingi kejadian perorangan dengan kejadian
kelompok
D. Ancangan Bermodul Terhadap Desain Program
Makin banyak lembaga mengadakan percobaan dengan menyusun silabus dalam blok-blok
atau modul-modul mata pelajaran, sehingga para peerta dalam seminggu atau lebih
memutuskan perhatian pada dua atau tiga mata pelajaran saja, yang sering paling
berhubungan. Supaya efektif semaksimal mungkin, modul-modil
itu harus dipersiapkan dengan sangat cermat. Dalam penyusunan berbagai modul
menjadi sautu program, para peserta sebagai keseluruhan dapat diminta aktif
berperas serta, dan mereka akan segera melibatkan diri sepenuhnya.
E.
Membangun Keluwesan di Dalam
Beberapa bagian dari silabus bisa direncanakan dengan lebig cermat daripada
bagian lainnya. Beberapa bagian utama berhubungan sehingga program harus
mengbah tekanannya. Yang sangat perlu ialah memastikan, bahwa sasaran-sasaran
program sejauh itu telah dipenuhi. Fleksibilitas yang memungkinkan perbedaan di natara para
peserta dari suatu kelompok, di antara kelompo-kelompk berturut-turut yang
mengikuti palatihan yang sama, barang tentu terdapat pada taksiran yang agak
kasar dan sembarangan.
F.
Menilai Kemajuan Selama Program Pelatihan
Untuk mengubah silabus menurut pengalaman selama program berlangsung, para
pelatihan memerlukan beberapa petunjuk pedoman. Hal ini berarti memassukkan
dalam program itu beberapa prosedur untuk penilaian bersama-sama atas kemajuan
peserta menuju sasaran-sasaran pelatihan tertentu. Tujuannya sekarang adalah
pengendalian program dengan lebih terampil, buka demi tinjauan ulang program
demi perbaikan lain kali. Dalam ancangan metodelogi, penilaian di dalam
dan setelah program demikian erat saling berhubungan sehingga penilaian
kedua-duanya akan dipertimbangkan sebagai keseluruhan. hal itu akan sesuai
denan pentingnya penilaian dan perhatian khusus yang sekarang diberikan kepada
penilaian program.
TAHAP
PELATIHAN
MENGEMBANGKAN
KELOMPOK DAN SUASANA
Peserta pelatihan sudah mempunyai gambaran tentang
progran dan daftar waktu yang terperinci, setidaknya untuk hari-hari pembukaan.
Disini tugas pelatih adalah bekerja sebaik mungkin sesuai dengan batas-batas
yang ada untuk program tersebut. Peserta pelatihan memulai suatu proses yang
seolah-olah sedikit hubungannya dengan pokok permasalahan atau disebut proses
sosial. Peserta mengamati siapa saja peserta lainnya dalam program tersebut dan
seperti apa mereka. Disini peserta sudah mulai mengajukan masalah-masalah dalam
hati mereka dan mempertanyakan pada para peserta program terdahulu yang telah
mereka jumpai.
A.
Proses Sosial: Tiga Aspek
Peserta bergabung dalam suatu kelompok yang efektif karena mereka mempunyai sasaran bersama dan
mengembangkan tugas-tugas bersama, mengembangkan cara-cara bersama dengan
norma-norma untuk mencapainya dan pada umumnya menghadapi dunia serta membangun
hubungan makin realistis diantara mereka. Agar pelatihan menjadi efektif,
sesuai sasaran dan standar, pelatih harus menjadi bagian dari sistem sosial
ini. Dibawah ini akan menjelaskan tiga aspek dalam proses sosial.
1.
Menentukan
Tugas-tugas Bersama
Dalam persiapan bekerja bersama dan dalam mengumumkan programnya,
lembaga menyatakan juga sasaran pelatihan dalam garis besar. Permulaan
pelatihan pada tahap kritis yaitu menentukan tujuan bersama. Pada umumnya
peserta memproyeksikan keasyikan mereka sendiri dalam pernyataan umum tentang
sasaran. Tiap orang mencari sesuatu yang sebenarnya mereka harapkan. Satu orang
melihat peluang dalam kursus eksekutif muda untuk belajar tentang biaya yang
merupakan bidang kerjanya: orang lain dari pelatihan yang sama belajar
bagaimana harus mendiagnosis masalah-masalah manajemen umum, yang lainnya lagi
mempelajarai cara memimpin suatu diskusi, atau mendapatkan ide tentang produk
baru yang bisa menarik orang-orang.
2.
Mengembangkan
Norma atau Standar Perilaku
Peserta dan pelatih selan membawa serta dalam program berbagai
sasaran pribadi yang tidak dinyatakan sehingga perlu disortir dan disatukan
menjadi sasaran dan tujuan bersama, mereka juga membawa standar-datandar
perilaku yang mereka patuhi. Disini jika lembaga memiliki standar-standar yang
jelas tentang hal-hal tertentu mungkin sebelumnya sudah diberikan kepada
peserta dan organisasi mereka. Misalnya para peserta diharuskan memakai
setelan, mereka harus berdiri jika seorang pembicara masuk ruangan sessi, dan
semua staf pelatih harus hadir pada sesi umum.
3.
Membangun
Hubungan yang Realitas
Sasaran dan standar bersama disusun selama berlangsungnya hubungan
pribadi dan interaksi. Pelatih dapat mengambil sedemikian rupa yang dapat
membatasi hubungan dan interaksi selama program itu dan memeperlambat
perkembangan kelompok dan menjauhkan dirinya dari kelompok atau ia dapat bersikap sedemikan rupa, sehingga
terjadi interaksi, tugas bersama dan standar bersama ditentukan dengan cepat
dan ia sendiri menjadi anggota dari kelompok dengan fungsi dan tanggungjawab
tertentu. Pelatih juga mempercepat dapat memepercepat perkembangan kelompok
jika ia mendorong peserta untuk secara terbuka membagikan perenan mereka yang
berbeda dalam kelompok itu juga untuk mengdakan percobaan dengan peranan yang
sebelumnya belum begitu populer.
B.
Petunjuk Mengembangkan Kelompok
Perkembangan tugas-tugas bersama, standar-standar kelompok,
hubungan dan peranan, semuanya merupaka segi-segi dari proses sosial yang sama.
Tahap permulaannya yaitu memberikan gambaran awal tentang apa yang akan
dilakukan. Lalu gerak maju menuju pendekatan atau penjauhan, keputusan bersama
atau perorangan dijadikan sulit. Setelah program agak berjalan cukup lama para
peserta harus sudah peka dalam menangkap petunjuk-petunjuk kecil dari proses
sosial dan menyusun untuk mengembangkan kelompok. Cara yang dilakukan dapat dengan melihat atau
mendengar datanya asalkan memperhatikannya. Seperti melihat wajah, cara duduk,
siapa yang duduk dan dekat dengan siapa.
C.
Suasana Pelatihan
Dari keadaan interaksi dan pelatihan yang terperinci tumbuh suatu
suasana pelatihan umum, suatu iklim, suatu suasana. Suasana pelatihan yang baik
yaitu pelatih merasa dekat secara pribadi sayang kepada para peserta, menerima
peserta sehingga ingin sekali ikut berwenang dan bertanggungjawab. Nah para
peserta tersebut jadi merasa bersahabat dengan pelatih serta bebas utnuk menyatan,
dan menjalahi derta mau menerima. Pertama, Suasana nya bisa bebas dan terbuka,
dengan hal tersebut dapat berdampak positif pada kelompok yaitu Usaha besara,
kepuasan, kerjsama, saling membantu bersatu dengan lainnya dan kepercayaan.
Kedua terdapat suasana yang tidak baik yang dimana pelatih measa
jauh kritis tegas dan meyakinkan. Peserta akan merasa cemas dan tetap brtahan
dan pengaruhnya yaitu keterbukaan menjadi minimum, frustasi, konflik,
penghindaran dan kecurigaan.
SANG PELATIH
Fungsi pelatih adalah
mengajak proses supaya berkembang pada diri peserta, jika memungkinkan pada
tiap peserta. Pelatih harus menciptakan standar dalam bidang pelatihannya
secara memadai. Ia harus menguasai pokok permasalahan di bidang yang dia latih.
Seorang pelatih harus bersikap efektif
dalam berbagai macam keadaan pelatihan. Ia harus terbuka terhadap
pertimbangan, mampu mendengarkan dengan bijaksana, dan penuh pengertian.
A.
Berbagai Kebutuhan Pribadi Sang Pelatih
Suasana yang baik saat melakukan pokok persoalan dan kerja
pelatihan yaitu perhatian yang asyik dan rasa gairah. Keinginan untuk membagi
tugas dan membantu para peserta sebagai orang-orang yang mempunyai kebutuhan
dan kepribadian yang berbeda, menunjukan daya tanggap dan percaya diri.
Kebutuhan pribadi sang pelatih sangat erat hubungannya dengan
metode pelatihan yang dia lakukan. Jika metode kerja yang digunakan adalah
ceramah, ia menyandarkan semuanya pada ceramah yang dia lakukam, orang
mendengarkannya dan sang pelatih hanya mengarahkan saja, yang memulai dan
menutup sidang, mengijinkan serta menolak pertanyan adalah pelatih. Jenis pelatih
yang menuntut pengendalian adalah
pelatih yang memenuhi syarat mutlak sebagai pelatih yang efektif. Kebutuhan
untuk mengendalikan yang sama bisa mendorong seorang pelatih untuk menganjurkan
metode-metode kerjasama dan serba memperbolehkan (permesif). Dalam hal ini
supaya ada yang menguatkan hubungan seperti persahabatan. Untuk menjadi pelatih
yang efektif tetap perlu mengembangkan diri,
memelihara kekuatan dan mampu mengkomunikasikan sikap mereka secara efektif.
B.
Kekuasaan dan Pengaruh
Kekuasaan merupakan pisau bermata dua. Bisa digunakan untuk
melipatgandakan kekuasaan dengan membuat orang lain lebih berkuasa juga. Bisa
juga digunakan untuk menyusutkan kekuasaan menjadi sisa-sisa saja pada pelatih
supaya orang lain merasa tak nerdaya, bodoh, dan disalahgunakan. Mengembangkan
paksaan dan mengandalkan pada kekuasaan dan kekuatan formal merupakan salah
satu dasar yang digunakan pelatih. Ancaman dengan hukuman, dekatnya pelatih
dengan orang-orang yang bekuasa merupakan beberapa contoh tanda-tanda kekuasaan
paksaan, manupulasi hubungan emosional merupakan beberapa contoh tanda-tanda
kharisma yang tersembunyi.
Ada perbandingan jenis pernyataan oleh pelatih yang mempunyai
pengaruh langsung dan tidak langsung. Pernyataan yang mempunyai pengaruh
langsung adalah dimana pelatih menyatakan atau memberikan kuliah tentang
ide-ide atau pengetahuan, memberikan petunjuk atau perintah, mengkritik atau
mencela perilaku peserta dengan maksud untuk mengubahnya dan membenarkan
kedudukanya atau keuasaannya sendiri. Sedangkan pernyataan yang mempunyai
pengaruh tidak langsung adalah dimana pelatih menerima, menjelaskan, dan
mendukung ide-ide dan perasaan para peserta, memuji dan mendorong, mengajukan
berbagai pertanyaan untuk merangsang partisipasi dalam pengambilan keputusan,
dan mengajukan pertanyaan untuk mengorientasikan para peserta kepada tugas atau
topik pembicaraannya.
1.
Perilaku
pelatih jika Tugasnya Tidak jelas bagi Para Peserta
Bimbingan yang aktif dari pelatih mungkin sangat diperlukan jika
tugas tidak jelas dan jika tingkat memburuknya ialah bahwa pelatihnya harus
aktif membantu para peserta memahami kesulitan mereka dan menanggulanginya dan
hendaknya pemahaman ini tidak datang pengulangan tugas itu. Juga bukan dari
usaha pelatih sendiri menebak-nebak kesulitannya dan bertindak atas dasar
pengertian. Jika pelatih mengambil tindakan langsung, ia akan menambah
ketergantungan para peserta.
2.
Perilaku
Pelatih jika Tugas jelas dan Menarik
Para peserta akan terus bekerja dan maju mendekati sasaran. Tidak
ada masalah selama perilaku pelatih oleh para peserta dianggap membantu
menggarap tugas mereka. Pelatih mungkin mempengaruhi secara langsung dengan
memberikan informasi, petunjuk, dan kritik atau secara tidak langsung dengan
mengajukan pertanyaan atau memperluas sebuah ide dari seorang peserta.
3.
Perilaku
Pelatih jika Tugasnya jelas dan Tidak menarik
Dalam keadaan ini sang pelatih menggunakan kekuasaannya dengan
alatnya yaitu ganjaran atau hukuman. Dapat juga membagi tugas yang tidak
menarik dalam beberapa bagian dan kadang-kadang menyelinginya dengan tugas lain
yang menarik. Bersama-sama dengan para peserta menemukan ketidak beresan tugas.
Dengan mengajukan berbagai pertanyaan supaya para peserta mau menyatakan
pendapat, menjelajahi kemungkinan mengerjakan tugas dengan berbagai cara dan
menghubungkan perasaan yang diungkapkan para peserta dengan tugas-tugas
belajar.
C.
Keaslian Pelatih di Bawah Tekanan
Ada tiga dilema yang masing-masing dengan komentar singkatm yang
melekat pada kebanyakan keadaan pelatihan dan menyebabkan tekanan terhadap
pelatihnya.
1.
Harapan
Para Peserta dengan Maksud Pelatih
Banyak peserta yang sebenarnya merasa tidak cocok dan tertekan
dengan pelatihannya. Mereka banyak mengeluh tetapi dibelakang karena biasanya pelatih sengaja salah paham
dan salah menanggapi apa yang dilakukan atau dikatakan oleh pesertanya. Peserta
yang tidak berniat mengikuti pelatihan atau yang sebenarnya tidak ingin datang
mereka merasa tertekan dan biasanya sulit ditahan.
Keadaan yang lain berlaku jika
pelatih berlainan sikapnya dengan pelatih lain yang bekerja pada program yang
sama. Isyarat-isyarat keadaan para peserta begitu membingungkan dan menimbulkan
kecurigaan. Peserta merasa diperlakukan sebagai mainan atau percobaan
manipulasi.
2.
Kebutuhan
Perorangan dan Kebutuhan Kelompok
Para peserta berbeda kepentingannya, metode kerjanya, kecepatan
belajarnya dan tafsirnya akan perilaku pelatihnya. Ada peserta yang ektrem
menantang pelatih sebagai pribadi yang sangat tegas untuk kebutuhannya sendiri,
supaya disenangi orang, dan berhasil membela diri. Namun kebutuhan utama yang
berkenaan dengan pelajaran boleh jadi terdapat ditempat lain.
3.
Ketaat-asasan
dengan keluwesan
Kebutuhan yang berbeda-beda dan berubah-ubah dari para peserta
menjadikan pelatiha harus mempunyai perilaku yang fleksibel. Para pesertapun
berharap jika pelatih memiliki perilaku yang taat asas. Mengapa? Karena jika
pelatih memiliki sikap ketaat-asasan dan luwes atau fleksibel ini, para peserta
juga akan megikuti sikap dari pelatih. Namun disisi lain keluwesan dan sifat
manusiawi pelatih dapat menimbulkan kegelisahan pada para peserta,
menghilangkan kepastian keamanan yang dulu mereka butuhkan dan rasakan sebagai
hak mereka.
D.
Peranan Pelatih: Tiga Fungsi Tersembunyi
Pelatih mempunyai tiga fungsi selain mengadakan kursus pelatihan
yaitu memberikan bimbingan dan dukungan kepada para peserta perorangan,
menasehati, merencanakan dan membantu melaksanakan strategi perubahan
keorganisasian untuk memberikan kesempatan bagi personalia yang terlatih,
intervensi dan mempersiapkan serta mengelola program pelatihan sebagai
keseluruhan suatu fungsu menajerial.
E.
Gaya Seorang Pelatih: Unik, Tepat, Luwes
Tiap pelatih mempunyai tugas pribadi menyusun berbagai fungsi dan
menjadikan khusus kepunyaannya sendiri, menegembangkan gayanya sendiri yang
cocok untuk dirinya dan efektif untuknya. Pelatih yang lugas atau
“businesslike” sama saja dengan yang lain mengajukan subyek mereka tanpa
menyatakan pendapat mereka sendiri. Apapun gaya pelatih yang sangat luwes dan
mampu mengubah peranan dan metode mereka sesuai denga kebutuhan yang dinamis. Keluwesan itu karena
mereka merasa senang dengan situasinya. Pada keseluruhannya, pelatih yang
efektif memiliki beraneka gaya yang jauh lebih luwes. Pelatih yang tampil dalam
bentuk asli lebih baik karena itu tanda pokok gaya yang efektif. Karena seorang
yang bertindak dengan pribadi yang utuh akan dapat dipercaya oleh peserta
sebagai pencetus pikiran-pikiran yang dapat diandalkan dan dipercaya.
Yang terpenting adalah keanekaragaman mengkomunikasikan. Pertama
yaitu jenis perilaku yang berbeda dapat dijadikan efektif dalam satu situasi
sama dengan sungguh-sungguh. Kedua para peserta mempunyai tugas yang sangat
pribadi untuk mengembangkan gaya perilaku yang khas pribadi mereka sendiri,
gaya yang benar-benar mengekspresikan pribadi mereka sendiri.
TAHAP PASCA-PELATIHAN
DUKUNGAN PASCA-PELATIHAN
A.
Memperbaiki Empat Ketidakseimbangan Umum dalam Program Pelatihan
Matthews Miles menghubungkan berbagai kesulitan dalam tahap pasca-pelatihan dan
kegagalan memperbaiki 4 ketidakseimbangan pada banyak program pelatihan antara
lain:
1.
Masukan
Berlebih
2.
Tujuan
yang Tidak Realitas
3.
Keterasingan
4.
Kegagalan
Hubungan
B.
Mendukung Inovasi dalam Kerja
Masalah-masalah pasti akan timbul pada peserta setelah latihan dan
kembali bekerja. Lembaga seharusnya berusaha mendukung inovasi pada pekerja,
pertama-tama merangsang dan memastikan adanya cukup perhatian dari kolega,
kedua membantu para kolega menilai perubahan yang diusulkan sebagai suatu
gagasan dan yang ketiga mencoba perubahan itu dalam praktek. Peserta adalah
tokoh utama maka dialah yang harus membuat orang lain menaruh perhatian,
merangsang mereka dengan menaksir ide-ide mereka sendiri. Jika suatu saat ada
sedikit maslaah paling tida peserta dan organisasinya tetap memiliki hubungan.
C.
Hubungan Pribadi dan Keorganisasian yang Bersinambung
Kesinambungan hubungan lanjutan antara lembaga pelatihan dan
organisasi peserta. Yang paling erat ialah mengadakan suatu kerjasama dalam
pekerjaan sendiri dimana si peserta, kolega dan lembaga dapat terlibat. Dengan
demikian, perubahan yang diadakan menjadi suatu usaha bersama dan didukung oleh
beberapa sumber daya ekstra yang profesional. Hubungannya lengkap dan tersedia
sumber daya maksimal pada saat harus diadakan tindakan yang paling sulit. Hubungan
yang kedua yaitu jauh dari ideal karena terjadi jarak jauh langsung antara
peserta dan lembaga. Namun, lembaga tetap dapat mendorong para peserta untuk
berhubungan dengan lembaga bila mereka mengalami kesulitan yang menurut
pendapat mereka diperlukan bantuan pelatih untuk mengatasinya.
D.
Jasa-jasa Tambahan
Jasa-jasa tambahannya yaitu sebagai sarana laporan berkala dari
kumpulan yang bisa jadi benar-benar berharga, karena laporan berkala dapat
memuat tentang uraian kegiatan para peserta, masalah-masalah yang dujumpai, dan
pengalaman yang diperoleh. Dari situ beberapa lembaga dapat menerbitkan majalah
dengan berbagai berita pribadi, kelembagaan, bagian-bagian tentang bahan profesional,
informasi baru dan memperluas laporan. Selain itu ada perkumpulan para peserta
yang bergunai sebagai titik hubung yang efektif dengan lembaga dan menjadi
tempat penyelesaian lokal untuk pengalamna-pengalaman para peserta dan untuk
kontak profesional serta konsultasi.
LEMBAGA DAN MASA DEPAN
MENILAI PELATIHAN
MENILAI PELATIHAN
Dalam setiap kegiatan pasti akan diadakan penilaian yang
selanjutnya akan dijadikan sebuah evaluasi untuk kedepannya. Dalam mengevaluasi
pelatihan sebaiknya menggunakan perincian-perincian yang detail dan jelas,
karena untuk memudahkan dalam sistem penilaiannya.
A.
Dua Jenis Persoalan Penilaian
1.
Mengatur Efektivitas dan Kelompok-kelompok Pelatihan yang
Memerlukannya
Tujuan pelatihan adalah penilaian dan jaminan tindak lanjut bukan hanya tugas lembaga.
Efektivitas pelatihan ditentukan oleh semua rekan di dalamnya yaitu para
peserta, lembaga, dan organisasi kerja.
a.
Menilai
program pelatihan dan fungsi lembaga: tanggung jawab khusus lembaga
b.
Menilai
sasaran-sasaran pelatihan: tanggungjawab pertama organisasi kerja
c.
Menilai
para peserta: tanggungjawab utama organisasi kerja
d.
Penilaian
kegunaan pelatihan: fungsi para pembuat kebijakan dan pemberi sumber daya
2.
Peranan Lembaga Pelatihan dengan Penilai Lainnya
Untuk menilai efektivitas pelatihan secar menyeluruh dan biaya
pelatihan, peranan lembaga pelatihan mungkin dilihat paling akhir, tetapi itu
sama sekali tidak berarti bahwa peranannya dalam penilaian adalah yang kecil.
Bahkan sebaliknya: seluruh peranannya adalah penting dan juga sangat aktif. Ia
hanya terakhir dalam pelaksanaan penilaian program-program tertentu dalam
hubungan dengan sasaran dan sumber daya yang ditentukan sebelumnya
PUSAT PELATIHAN
A.
Pusat Pelatihan Dalam Lembaga yang Disebut Pelatihan
Banyak organisasi kerja sebagai partner lembaga pelatihan
seolah-olah masing-masing merupakan unit yang dapat berdiri sendiri, dengan
staf teknologi dan kemudahan yang ditempatkan dalam suatu gedugn dengan papan
nama di puntu depannya. Pusat-pusat pelatihan, institut dan konsentrasi staf
dan sumber daya lainnya semacam itu, walaupun sangat banyak di seluruh dunia
dan kadang-kadang penting, hanya meliputi sebagian kecil saja dari usaha
pelatihan.
B.
Lingkungan Pelatihan yang Taat-Asas bagi Para Peserta
1.
Antara Pernyataan Seorang Pelatih dan Perilakunya
Perilaku seorang pelatih harus sesuai dengan apa yang telah diajarkannya,
Kerena perilaku mempunyai akar-akar pribadi yang dalam, sebaiknya pada
permulaan dihindarkan pernyataan-pernyataan tentang apa yang akan dilakukan
seorang pelatih atau apa yang tidak dilakukannya, yang ada kemungkinan tidak
dapat menjadi kenyataan ini mencakup pernyataan berapa taat asas si mereka
nanti.
2.
Antara Berbagai Pelatih dalam Progaram yang sama
Para pelatih mempunyai gaya yang berlainan, dan kepribadian yang
unik pun berbeda-beda. Yang harus mereka miliki bersama dan harus mereka
utarakan secara taat asa adalah kesungguhan dan keterbukaan, dan perhatian yang
mersap untuk tugas pelatihan dan untuk prestasi yang lebih baik.
3.
Antara Sasaran pelatihan dan Lingkungan fisik
Tidak hanya para pelatih dengan perilaku mereka, tetapi juga
lingkungan fisik yang tak bernyawa dan prosedur administratif dari pusat
pelatihan menyampaikan kepada para peserta tanda-tanda persesuaian atau
bertentangan dengan sasaran pelatihan, dan dengan demikian membantu atau
menghalangi pelatihan.
4.
Antara Sasaran Pelatihan dan Administrasi Pusat
Jika efisiensi, perhatian pribadi, fleksibilitas, dan kecepatan
pengambilan putusan dan tindakan termasuk nilai-nilai yang harus dikembangkan
melalui program pelatihan, maka administrasi lembaga pelatihan perlu memberikan
contoh tentang nilai-nilai ini dalam praktek.
C.
“Suasana” Lembaga bagi Para Pelatih
Suasana lembaga bagi para pelatih ada tiga yaitu: suasana yang Buruk, Toleran dan
Suasana yang baik.
1.
Suasana yang Buruk
Pada suasana ini pemimpin tak berdaya, terlalu banyak bekerja,
mengorbankan diri. Berdisiplin, terhadap diri sendiri dan orang lain. Citra
para pelatihan memerlukan dorongan dan bimbingan terus-menerus tidak ada
perhatian, konflik dengan para kolega. Operasi sekarang pemeriksaan peraturan
terhadap prestasi perorangan. Perilaku pemimpinnya berkerja secara terpisah,
membuat rencana untuk diri sendiri. Bekerja melalui peraturan dan perintah
tidak pribadi logis. Membiarkan para pelatihan dan bagian-bagian terpisah.
2.
Suasana yang Toleran
Pemimpin bersedia keluar dari sistem yang ada setidaknya untuk
mencoba barangkali untuk mengikuti para pelatih yang ingin mengadakan
perubahan.
3.
Suasana yang Baik (menguntungkan)
Pemimpin atau Inovator dapat mempengaruhi dan memerlukan dukungan
orang lain. Pelatih mempu bekerja dengan motivasi diri berstandar tinggi, dan
mampu bekerjasama dalam kegiatan bersama dan tanggungjawab bersama serta mampu
menikmati perkembangan.
D.
Berbagai Bahasa Perlawanan
Reaksi pertama dari para pelatih lazimnya sikap bertahan, penuh
ketidakpercayaan dan kucrigaan. Mereka merasa dipermainkan dan bukan
dibebaskan. Mereka menganggap usaha pemimpin untuk lebih mendekatkan mereka
sebagai cara yang lebih cerdik, dan oleh karena itu lebih menakutkan, untuk
menjalankan kekuasaan sewenang-wenang. Apa yang sungguh dianggap sebagai suatu
teknik. Salah satu perlawanan dari peserta pelatihan yaitu bisik-bisik, enggan
mengerjakan tugas dan lain-lain.
E.
Krisis, Dilema dan Penyelesaian dalam Pembinaan Kelembagaan
ada beberapa krisis dalam daur hidup
suatu lembaga:
1.
Kelahiran
memiliki ciri-ciri khasnya yaitu beberapa orang penuh ide dan gairah. Kegiatan
hiruk-pikuk, perhatian diarahkan keluar titik-titik kekuasaan, institut
sejenis, dan para pelanggan. Dilema yang dihadapi kapan intituts harus
dilahirkan dan berapa besar? Perencanaan
untuk tiap kemungkinan atau membuat program pintas. Solusi kepemimpinan yang
kuat secara terus menerus.
2.
Identitas
cara mencarinya yaitu mencari fokus, atau beberapa fokus utama. Perselisihan
dan ketidaktentuan. Persaingan interne untuk perhatian dilema yang dihadapi
saat mencari identitas kesempurnaan satu hal atau nilai untuk semua pendatang?.
Solusinya sasaran jangka panjang yang jelas, tegas sebagai sistem prioritas
untuk pengambilan keputusan.
Kemudian mencari pengakuan ciri khasnya yaitu mencari hubungan
dengan sistem-sistem yang sudah ada. Kecemburuan dalam organisasi dan perhatian
keluar. Dilema yang dihadapi menekankan kesamaan dan kecocokan atau menekankan
hal yang baru perbedaan. Kemudian mencari keseimbangan.
3.
Pertumbuhan
ciri khasnya banyak permintaan akan pelayanan, kebanyakan jangka pendek. Dilema
nya yaitu konsolidasi dan perkembangan pelan atau mekar ke semua arah yanag
memberi harapan?. “morotarium” untuk memeriksa kembali sasaran dan prioritas.
Umumkan rencana jangka panjang.
4.
Kedewasaan
ciri khasnya sukses menghidupkan kembali iri hati dalam organisasi, bahkan
mengancam sponsor. Serangan terhadap autonomi dan kebebasan. Dilemanya
melepaskan identitas dan menyerah atau berontak dan melepaskan diri? Solusinya
mengembangkan hubungan saling ketergantungan yang terpusat pada tugas.
5.
Pengembangan
ciri khasnya yaitu puas diri, godaan untuk memelihara posisi. Keengganan untuk
menyusun ide-ide baru. Dilemanya yaitu menjadi kolot atau pecah menjadi
progresif dan konservatif, mudan dan tua?. Solusinya periksa sasaran terhadap
keadaan yang berubah, remajakan institut, susun indeks tentang pertalian.
F.
Pusat Pelatihan dalam Lingkungannya
Pusat pelatihan harusnya memberikan
pelayanan kepada tempat sekitarnya. Mendorong pengumpulan seperti di kota-kota.
Pusat pelatihan dapat memberikaan dorongan dan mengembangkan rakyat sekitar.
SISTEM PELATIHAN
A.
Tujuan Sistem dan Ancangan Terhadap Pengembangan Sistem
Tujuan sistem setidaknya untuk melibatkan diri sedemikian rupa di dalamnya, sehingga
mereka dapat dianggap bertanggungjawab untuknya, dan kami memperingatkan mereka
supaya tidak mengalah kepada godaan itu. Tujuan-tujuan pelatihan yang telah
ditentukan dengan tepat oleh organsasi, kemudian mempengaruhi keputusan tentang
strategi pelatihan.
B.
Tugas-tugas Sistem Pelatihan
1.
Membangun
Dukungan
2.
Membangun
Kemampuan Pelatihan dan Kecakapan Pelatihan Keseluruhan
3.
Pengembangan
Bahsa Pelatihan
4.
Perencanaan
Strategis
5.
Membangun
Jaringan Sumber-daya Pelatihan
6.
Pengembangan
Struktir Intern, Proses dan Kebijakan
7.
Tindakan
Improvisasi dan Manajemen Perbatasan
8.
Penimbangan
Prestasi dan Pengendalian
KESIMPULAN
Pelatihan
sangat diperlukan karena pelatihan adalah bidang yang terus bergerak dan masih
berkembang dengan cepat. Pelatihan bukanlah merupakan obat mujarab untuk segala
macan permasalahan, tetapi juga bukan pemborosan waktu belaka, yang paling
diperlukan ialah menggunakan rasa ketidaksabaran yang sudah ditakdirkan ada itu
untuk memperoleh lebih banyak pengertian mengenai apa yang dapat dan yang tidak
dapat dilakukan oleh pelatihan, dan memperoleh lebih banyak keterampilan untuk
merancang dan melakasanakan suatu pelatihan secara efektif dan ekonomis.
Pelatihan perlu mengadakan penelitian yang mendalam dan bersungguh-sungguh.
Pelatihan di
selenggarakan untuk melatih para pegawai yang akan memulai sebuah pekerjaan.
Pelatihan yang diadakan oleh lembaga pelatihan biasanya itu hanya sebuah strategi
untuk menambah keuangan organisasi. Peserta pelatihan setelah melalui proses
pelatihan dan kemudian mulai dipekerjakan dibidangnya masing-masing masih bisa
berkonsultasi dengan lembaga pelatihan. Setelah selesai pelatihan pun para
peserta atau alumni pelatihan tidak dapat terlepas hubungan dengan lembaga.
Organisasi yang
mempekerjakan peserta tersebut biasanya terikat juga dengan lembaga pelatihan
karena mereka mempunyai hubungan kerja sama untuk menambah keuntungan
tersendiri. Namun bagi para peserta jika dalam pelatihannya tidak begitu
menyenangkan dan tidak bermanfaat atau memberi perubahan mereka akan menganggap
bahwa pelatihan hanya membuang-buang waktu saja. Terkadang dalam pelatihan dan
praktek kerja secara langsung tidaklah sama maka dari itu peserta ada yang
memang tidak ingin mengikuti pelatihan.
Komentar
Buku ini sudah lengkap dan sangat
bagus untuk menjadi sebuah bacaan bagi yang ingin belajar tentang pelatihan dan
pengembangan tenaga kerja, karena dalam buku ini disajikan contoh real nya.
Namun ada kalimat yang sulit dimengerti karena kesalahan tata bahasa dan ada
kata-kata yang tidak begitu familiar. Bahasa dalam buku ini berbelit-belit dan
urutannya menurut kami kurang pas. Banyak yang sub judul dengan isinya kurang
pas karena mungkin dalam menerjemahkannya kurang teliti. Tapi buku ini
benar-benar bagus dan lengkap meskipun bahasanya masih kurang dimengerti. Jika
cetakan pertama kurang dipahami oleh pembaca, seharusnya cetakan selanjutnya
sudah lebih baik lagi. Apa lagi buku penulisnya seorang yang pernah menjadi
penasehat dan pimpinan Ford Fondation dan menjadi dosen di University of North
Carolina yaitu Rolf P. Lynton, dan Uday
Pareek adalah seorang guru besar di Indian Institut Of Manajemen Alinedabad.
Apalagi dua pengarang ini juga bekerja sama di Indonesia dalam bidang
pengembangan SDM di Departemen Kesehatan RI.
Kelebihan
Buku ini
lengkap karena membahas dari apa itu pelatihan sampai sistem yang digunakan
dalam pelatihan serta membahas tentang hubungan antara peserta dengan penatar
dalam suatu pelatihan yang di adakan oleh suatu lembaga. Selain itu, di dalam
buku ini materinya disertai dengan bagan-bagan serta contoh-contoh yang sesuai
dengan kejadian yang nyata. Penjelasannya RINCI.
Kekurangan
Beberapa kata
yang sulit dimengerti, dan jika membaca berulang kali mungkin tidak mengerti,
karena di dalamnya terdapat kata yang sulit dimengerti oleh para pembaca
pemula. Selain itu karena ini buku terjemahan banyak tata bahasa yang salah
yang bisa menyebabkan salah mengartikan suatu kalimat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar