Bab 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Disebuah pesantren tentunya harus ada
faktor-faktor yang menunjang yang menjadikan sebuah pesantren disebut
pesantren. Salah satunya sebuah pesantren harus memiliki peserta didik
(santri).
Peserta didik menurut Abu Ahmadi adalah
sosok Manusia sebagai individu atau pribadi (Manusia seutuhnya) individu
diartikan “orang yang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar
seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar .
mempunyai sifat dan keinginan sendiri”.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Manajemen Peserta Didik
(santri) pesantren?
2. Bagaimana perencanaan kebutuhan peserta
didik?
3. Bagaimana Proses Administrasi Penerimaan Santri?
4. Bagaimana Catatan Keaktifan
Santri dan Keluar Bermasalah?
5. Apa saja pola pembinaan santri?
6. Apa saja kegiatan santri
dipesantren?
7. Bagaimana pengaturan asrama
santri?
8. Bagaimana pengaturan makan
santri?
9. .bagaimana administrasi
kelulusan dan evaluasi santri?
C. Tujuan Makalah
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta memahami
tentang Manajemen Peserta Didik (santri) Pesantren. Adapun tujuan lain yaitu
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pesantren. Diharapkan
makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik secara formal adalah
orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara
fisik maupun prsikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan cirri dari seorang
peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Syamsul Nizar mendeskripsikan enam
kriteria peserta didik
1) Peserta didik bukanlah miniature orang
dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.
2) Peserta didik memiliki periodisasi
perkembangan dan pertumbuhan.
3) Peserta didik adalah makhluk Allah yang
memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun
lingkungan dimana ia berada.
4) Peserta didik merupakan dua unsur utama
jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki
daya akal hati nurani dan nafsu.
5) Peserta didik adalah manusia yang
memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara
dinamis.
6) Didalam proses pendidikan peserta didik
disamping sebagai objek juga sebagai subjek.[1]
B. Perencanaan Kebutuhan Peserta Didik
Perencanaan dapat didefinisikan
sebagai proses kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.
Perencanaan kebutuhan santri merupakan tugas yang harus dilakukan oleh pengurus
pondok beserta dengan anggota-anggotanya, dalam hal ini biasa disebut dengan
kesantrian. Adapun hal-hal yang harus dilakukan diantaranya adalah merencanakan
kegiatan santri, proses penerimaan santri, pengaturan asrama santri, pengaturan
makan santri, pembinaan santri, evaluasi santri. Dalam hal ini, berdasarkan
pengetahuan penulis di pondok pesantren sudah ada perencanaan kebutuhan santri,
karena ini adalah suatu hal yang penting dalam pendidikan pesantren.[2]
Kebutuhan peserta didik yang harus
dipenuhi oleh pendidik, diantaranya:
1. Kebutuhan Fisik
Pendidik
selain memperhatikan pertumbuhan fisik juga harus dapat memberikan nformai yang
memadai tentang pertumbuhannya melalui kegiatan bimbingan seperti bimbingan
prbadi atau bimbingan kelompok. Informasi ini sangat diperlukan terutama bagi
peserta didik yang berada pada masa pubertas agar ia tidak kebingungan
menghadapinya.
2. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial
yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta didik
dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti diterima oleh
teman-temannya secara wajar, begitu juga oleh orang lebih tinggi seperti orang
tua, guru-guru dan pemimpin-pemimpinnya.
Kebutuhan ini
perlu dipenuhi agar peserta didik dapat memperoleh posisi dan berprestaasi
dalam masyarakat.
3. Kebutuhan untuk mendapatkan status
Peserta didik
juga butuh kebanggaan untuk diterima dan dikenal sebagai individu yang berarti
dalam kelompok teman sebayanya karena penerimaan dan oleh dibanggakan oleh
kelompoknya sangat penting artinya bagi peserta didik dalam mencari identitas
diri dan kemandirian.
4. Kebutuhan mandiri
Peserta didik
pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau aturan orang tuanya dan
mencoba untuk mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya sendiri. Banyak orangtua yang sangat memperhatikan dan
membatasi sikap, prilaki dan tindakan-tindakan remaja. Hal ini membuat remaja
merasa tidak di percayai dan dihargai oleh orang tua mereka, sehingga muncul
sikap menolak dan terkadang memberontak.
5. Kebutuhan untuk berprestasi
Dengan
terpenuhinya kebutuhan untuk berprestasi dapat membuat peserta didik giat untuk
mengejar prestasi. Dengan demikian kemampuan untuk berprestasi terkadang sangat
erat kaitannya dengan perlakuan yang mereka terima baik dalam lingkunga
keluarga, sekolah maupun di masyarakat.
6. Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
Rasa ingin
disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan yang esensial, karena dengan
terpenuhi kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap mental peserta didik.
7. kebutuhan untuk curhat
kebutuhan untuk
curhat terutama remaja dimaksudkan suatu kebutuhan untuk dipahami ide-ide dan
permasalahan yang dihadapinya. Pesreta didik mengharapkan agar apa yang
dialami, dirasakan terutama dalam masa pubertas, dapat didengar, ditanggapi
oleh orang lain terutama pendidik. Sebaliknya jika mereka tidak mendapatkan
kesempatan untuk mengkomunikasikan permasalahan-permasalahan tersebut dapat
membuat mereka kecewa dan tidak aman, sehingga muncul tingkah laku yang
bersifat negative dan prilaki menyimpang.
8. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik
pada usia remaja mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran dan
nilai-nilai ideal seperti mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan
itu diperoleh. Karena itu mereka membutuhkan pengetahuan-pengetahuan yang jelas
sebagai suatu filsafat hidup yang memuaskan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan,
sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.
Kebenaran dan
nilai-nilai ideal yang murni hanya ditemukan di dalam agama. Oleh karena itu
peserta didik sangat membutuhkan.
9. Kebutuhan untuk beragama
Agama
dibutuhkan manusia karena manusia memerlukan orientasi dan obyek pengabdian
dalam hidupnya. Tidak ada, seorangpun yang tidak membutuhkan agama, baik
manusia primitive, maupun manusia modern.
Para hahli tafsir
seperti: Mohammad Hijazi, Sayyid Husin al-Thaba dan Mustafa al-Maraghi
mempunyai pendapat yang sama bahwa fitrah beragama pada hakikatnya adalah
kebutuhan manusia. Oleh karena itu para ahli menyebut bahwa manusia adalah
makhluk yang beragama “homo religious”. Para ahlu psikologi membahas
pula secara ilmiah hubungan manusia dengan agama.
Kebutuhan-kebutuhan peserta didik di atas harus
diperhatikan oleh setiap pendidik, sehingga anak didik tumbuh dan berkembang
mencapai kematangan psikis dan fisik. [3]
C. Proses Administrasi Penerimaan Santri
Penerimaan
santri baru dalam tahun pertama dan santri pindahan harus teradministrasi
secara baik. Untuk santri baru misalnya harus mengisi formulir yang berisi:
nama, alamat, pendidikan sebelumnya, orang tua, pekerjaan orang tua, dan
seterusnya. Sementara untuk santri pindahan selain harus mengisi formulir
penerimaan santri baru, ia harus menyertakan surat pindah dari pesantren
sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah santri bersangkutan
pindah karena bermasalah atau tidak. Setelah mengisi formulir yang disediakan
maka di pesantren salaf kebnayakan santri langsung bisa masuk dan mengikuti
kegiatan pondok, namun ini berbeda dengan pondok kholafi (modern) santri harus
mengikuti tes masuk terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk mengatahui
kemampuan santri ada juga yang bertujuan untuk menentukan jenjang pendidikan
yang akan ditempuh santri tersebut.
Satu hal lagi
yang perlu dimengerti dalam proses administrasi penerimaan santri, yaitu
regestrasi atau daftar ulang dalam setiap tahunnya dan akhir jenjang kelulusan.
Karena umumnya santri melanjutkan jenjang pendidikan di lembaga pendidikan yang
sama dan terdapat di lingkungan pesantren semula.
3. Kebijakan
Administrasi Santri
Setiap
pesantren harus mempunyai kebijaksanaan umum penerimaan santri, aturan prilaku
dan disiplin, standart moral dan pendidikan yang diharapkan santri, serta
peraturan mengenai masalah siswa termasuk uang syahriyah (SPP). Hal-hal
tersebut harus disosialisasikan secara tepat di antara santri, pengurus, dan
orang tua santri. Catatan tentang santri dan data administrasi santri lainnya
harus diketahui sedemikian rupa sehingga memberikan dasar yang baik untuk
mengambil keputusan dan perencanaan program pesantren.
4. Catatan
Keaktifan Santri dan Keluar Bermasalah
Setiap
pesantren hendaknya memiliki buku khusus tentang catatan keaktifan santri dalam
mengikuti kegiatan pesantren. Yang bertugas memegang buku catatn ini bisa
ditentukan secara fleksibel. Bagi pesantren yang santrinya masih puluhan dapat
langsung ditangani pengurus pesantren. Untuk pesantren yang santrinya mencapai
ratusan atau bahkan ribuan dapat ditangani pengurus komplek atau pengurus
kamar. Hal ini dimaksudkan untuk memantau perkembangan setiap santri, termasuk
prilaku mereka yang bermasalah.
Khusus
menyangkut santri yang nakal atau bermasalah, catatan ini sangat bermanfaat
untuk memantau perkembangan mereka dari waktu ke waktu. Selama ini, tidak
adanya catatan aktivitas santri yang tergolong nakal atau bermasalah cukup
membuat repot pihak-pihak pesantren. Biasanya hal ini berdampak pada pengeluaran
santri secara terhormat dari pesantren, sementara ia adalah santri yang
bermasalah. Cara ini jelas kurang tepat, bukankah pesantren berfungsi untuk
mencetak generasi yang berakhlak mulia? Terkecuali jika dengan adanya catatan
yang berfungsi untuk memantau perkembangan santri tersebut nyatanya tidak
berhasil, terpaksa pesantren harus membuat surat keterangan bahwa pihak
pesantren tidak mampu lagi membimbing santri tersebut dan yang bersangkutan
dinyatakan keluar bermasalah. Fungsi surat ini adalah sebagai pertimbangan
orang tua dan pesantren lain yang akan dituju santri bermasalah tersebut
sebagai tempat pindahan.
5. Pola
Pembinaan Santri
Selain melalui
kegiatan belajar mengajar, santri juga dibina melalui berbagai kegiatan ekstra
kulikuler. Kegiatan itu antara lain: organisasi, menejemen, ekonomi, ataupun
masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari santri setelah
menyelesaikan pendidikan dan kembali ke masyarakat. Terdapat 4 pola pembinaan
antara lain:
a. Membina
santri dan membimbing santri yang mempunyai problem agar mereka bisa mengatasi
persoalannya.
b. Memberikan
tugas-tugas yang dapat mendorong santri memiliki semngat. Militasi,
kreatifitas, loyalitas, dan jiwa dedikasi yang tinggi.
c. Meningkatkan
ubudiyah para santri melalui penyelenggaraan shalat tahajud. Puasa sunnah,
pembinaan membaca Al-Quran, dll.
d. Pengarahan
dan pembinaan kehidupan para santri di rayon-rayon.
Untuk
memudahkan pembinaan para santri dikelompokkan menurut asal daerahnya
masing-masing.yang istilahnya disebut dengan rayon. Untuk membina santri
dibentuklah organisasi pelajar, organisasi tersebut semacam OSIS di sekolah
umum. Organisasi ini dijadikan wahana pelatihan kepemimpinan dan pengembangan
kreatifitas para santri. Periode kepengurusan organisasi ini bisa juga satu
tahun ajaran. Kegiatan organisasi ini hampir mencakup segala aspek kegiatan
pondok. Seperti kegiatan usaha, pengajaran, perpustakaan, keuangan, maupun
hal-hal yang berkaitan dengan masalah konsumsi dan penerimaan tamu. Disamping
itu dalam membina persaudaraan antar alumni khususnya dan membina umat pada
umumnya.
6. Kegiatan
Santri
Kegiatan santri
di dalam asrama biasanya dikoordinasi dan ditangani oleh pengasuh santri,
sebagai perpanjangan tangan pengasuh Pondok(Kyai) dalam membina dan mendidik
santri. Kegiatan santri di asrama ini biasanya melalui organisasi
santri dan gerakan pramuka. Badan pengasuhan santri di pondok-Pondok Pesantren
yang berkategori Salafiyah biasanya ditangani oleh organisasi santri dan kepala
asrama (lurah pondok). Organisasi santri ini juga membawahi beberapa bagian,
salah satunya bagian keamanan dan organisasi asrama. Kagiatan santri ini
biasanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
1) kegiatan
harian, meliputi semua kegiatan santri yang rutin dilakukan setiap hari.
2) Kegiatan
Mingguan, yaitu kegiatan yang tidak dilakukan setiap hari, biasanya kegiatan
ini dilakukan satu kali dalam seminggu, atau dua kali, atau tiga kali.
Misalnya: Latihan pidato, Latihan Pramuka, Bahsul Masail.
3) Kegiatan
Bulanan, kagiatan yang dilakukan biasanya satu bulan satu kali saja, ada juga
yang dua kali. Misalnya: tambihul ‘am, kerja bakti dengan masyarakat.
4) Kegiatan
Tahunan, kegiatan yang biasanya dilakukan satu tahun Cuma satu kali atau ada
juga yang dua kali. Misalnya: Harlah, Haul, Upacara 17 Agustus.
7. Pengaturan
Asrama Santri
Penyelenggaraan
asrama untuk santri di Pondok Pesantren salafiyah berbeda dengan
penyelenggaraan asrama di Pesantren jenis kholafiyah, apa lagi asrama bagi
pelajar dan mahasiswa. Berdirinya asrama untuk para santri yang lazim disebut
dengan Pondok Pesantren biasanya bermula dari adanya seorang kyai yang alim
yang relatif menguasai ilmu-ilmu agama islam yang menetap di suatu tempat
(bermukim). Kemudian datanglah santri-santri yang ingin belajar
kepadanya dan turut pula bermukim ditempat tersebut. Karena banyaknya santri
yang datang maka mereka pun berupaya mendirikan Pondok di sekitar rumah kyai
atau santri.
Pengelolaan
asrama di Pesantren biasanya dipimpin oleh seorang ketua yang lazim disebut
dengan kesantrian yang dilengkapi dengan dengan susunan kepengurusan dan
dibantu seksi-seksi sesuai kebutuhan. adapun dalam menentukan pembagian asrama/
kamar santri ini bisa di kelompokkan berdasarkan asal wilayah dan daerahnya,
atau juga berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh. Seorang ketua asrama
biasanya dari santri senior yang dipilih secara demokratis oleh
perwakilan-perwakilan dari tiap-tiap kamar asrama. Calon-calon ketua yang akan
dipilih adalah mereka yang telah mendapat restu dari kyainya. Atau seorang
ketua asrama bisa ditunjuk langsung oleh kyainya, sedang para pembantunya
diserahkan kepada ketua untuk memilih. Masa jabatan pengurus tergantung aturan
yang ditetapkan Pesantren masing-masing.
8. Pengaturan
Makan Santri
Sistem makan di PondokPesantren
salafiyah umumnya para santri menanak nasi sendiri secara berkelompok
masing-masing kamar, sedang untuk lauk pauknya bisa membeli di warung-warung
milik masyarakat di sekitar pondok. Bagi mereka yang malas memasak bisa makan
sepenuhnya di warung, sehingga dengan system makan yang demikian secara
langsung dapat menjalin hubungan emosional antara santri dengan masyarakat
sekitar PondokPesantren dan masyarakat sendiri merasa diuntungkan dengan adanya
Pondok Pesantren. Manfaatnya di sisi lain para santri terbiasa dengan pola
hidup sederhana dan mandiri, dengan jatah bekal yang diberikan orang tua
dituntut harus mampu mengatur dalam pengeluarannya. Namun hal ini juga
mempunyai kelemahan salah satunya adalah biasanya dengan menanak nasi sendiri
para santri tidak bias mengatur waktu, seharusnya dia belajar tapi menanak nasi
karena kelaparan.
Hal ini berbeda
dengan Pesantren jenis Kholafiyah (Modern). Di Pesantren jenis ini para santri
dikenakan berbagai biaya termasuk uang makan tiap bulannya, mereka jelas harus
makan di asrama dalam satu koordinasi, bahkan hampir semua jenis kebutuhan
santri dari makan, alat-alat kebutuhan belajar hingga pakaian telah tersedia,
mereka harus membeli semua kebutuhan di asrama. Sebenarnya pengkoordinasian
secara penuh dalam segala aspek kebutuhan santri di asrama, selain yang
mengarah dan relevan dengan pendidikan akan berdampak negatif, akan
terganggunya kreatifitas, jiwa demokrasi dan hubungan sosial kemasyarakatan
bagi para santri yang merupakan bagian dari ruh Pondok Pesantren.
9. Administrasi
Kelulusan Santri
Administrasi
kelulusan santri sangat berguna untuk mendeteksi kelulusan dan alumni
pesantren. Dalam hal ini pembuatannya disesuaikan dengan tipe-tipe pesantren:
a) untuk tipe
pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum nasional,
maka pencatatannya disesuaikan dengan tahun kelulusan madrasah atau sekolah.
b) Untuk tipe
pesantren yang menyelenggarakan pendidikan klasikal dengan kurikulum lokal,
pencatatannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan pesantren yang berlaku.
c) Untuk tipe
pesantren yang menyelenggarakan program paket A,B, dan C serta yang masih
menyelenggarakan sisitem pengajian kolosal, pencatatan kelulusannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan keinginan santri.
10. Evaluasi
Santri
Dalam setiap
pondok pesantren hendaknya ada evaluasi terhadap santrinya, hal ini bisa
dilakukan kapan saja, baik itu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atupun
juga setiap tahun. Adapun bentuk evaluasinya bermacam-macam, bisa dengan ujian
baik itu lisan atau perbuatan atau juga bisa dilakukan dengan pengamatan
tingkah laku santri dalam kesehariannya. Hal ini mempunyai tujuan diantaranya
adalah
a. Untuk
mengatahui kemampuan santri dalam menyerap ilmu
b. Untuk
menentukan prestasi santri
c. Untuk
mengetahui perubahan paradikma berfikir dan tingkah laku santri dalam
keseharian
d. Untuk
mengetahui kekurangan proses pembelajaran dalam pondok pesantren.
C. KESIMPULAN
Demikianlah sedikit uraian tentang
manajemen santri. Tentunya tulisan ini masih sangat jauh untuk mengungkap
secara detail dan sempurna tentang manajemen santri. Untuk itu penulis yakin makalah
ini masih membutuhkan banyak koreksi dan masukan. Sebagai penutup penulis
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
*Disusun Oleh: Misbahus Surur (Mahasiswa STAI Ma’had Aly
Al-Hikam Malang)
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar