Kamis, 16 April 2015

Manajeme Peserta Didik dalam Pesantren

Bab 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Disebuah pesantren tentunya harus ada faktor-faktor yang menunjang yang menjadikan sebuah pesantren disebut pesantren. Salah satunya sebuah pesantren harus memiliki peserta didik (santri). 
Peserta didik menurut Abu Ahmadi adalah sosok Manusia sebagai individu atau pribadi (Manusia seutuhnya) individu diartikan “orang yang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar . mempunyai sifat dan keinginan sendiri”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Manajemen Peserta Didik (santri) pesantren?
2.      Bagaimana perencanaan kebutuhan peserta didik?
3.      Bagaimana Proses Administrasi Penerimaan Santri?
4.      Bagaimana Catatan Keaktifan Santri dan Keluar Bermasalah?
5.      Apa saja pola pembinaan santri?
6.      Apa saja kegiatan santri dipesantren?
7.      Bagaimana pengaturan asrama santri?
8.      Bagaimana pengaturan makan santri?
9.      .bagaimana administrasi kelulusan dan evaluasi santri?

C.    Tujuan Makalah
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta memahami tentang Manajemen Peserta Didik (santri) Pesantren. Adapun tujuan lain yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pesantren. Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Peserta Didik
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun prsikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan cirri dari seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Syamsul Nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik
1)      Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.
2)      Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
3)      Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4)      Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu.
5)      Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
6)      Didalam proses pendidikan peserta didik disamping sebagai objek juga sebagai subjek.[1]
B.     Perencanaan Kebutuhan Peserta Didik
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Perencanaan kebutuhan santri merupakan tugas yang harus dilakukan oleh pengurus pondok beserta dengan anggota-anggotanya, dalam hal ini biasa disebut dengan kesantrian. Adapun hal-hal yang harus dilakukan diantaranya adalah merencanakan kegiatan santri, proses penerimaan santri, pengaturan asrama santri, pengaturan makan santri, pembinaan santri, evaluasi santri. Dalam hal ini, berdasarkan pengetahuan penulis di pondok pesantren sudah ada perencanaan kebutuhan santri, karena ini adalah suatu hal yang penting dalam pendidikan pesantren.[2]
Kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, diantaranya:
1.      Kebutuhan Fisik
Pendidik selain memperhatikan pertumbuhan fisik juga harus dapat memberikan nformai yang memadai tentang pertumbuhannya melalui kegiatan bimbingan seperti bimbingan prbadi atau bimbingan kelompok. Informasi ini sangat diperlukan terutama bagi peserta didik yang berada pada masa pubertas agar ia tidak kebingungan menghadapinya.
2.      Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti diterima oleh teman-temannya secara wajar, begitu juga oleh orang lebih tinggi seperti orang tua, guru-guru dan pemimpin-pemimpinnya.
Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar peserta didik dapat memperoleh posisi dan berprestaasi dalam masyarakat.
3.      Kebutuhan untuk mendapatkan status
Peserta didik juga butuh kebanggaan untuk diterima dan dikenal sebagai individu yang berarti dalam kelompok teman sebayanya karena penerimaan dan oleh dibanggakan oleh kelompoknya sangat penting artinya bagi peserta didik dalam mencari identitas diri dan kemandirian.
4.      Kebutuhan mandiri
Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau aturan orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya sendiri.  Banyak orangtua yang sangat memperhatikan dan membatasi sikap, prilaki dan tindakan-tindakan remaja. Hal ini membuat remaja merasa tidak di percayai dan dihargai oleh orang tua mereka, sehingga muncul sikap menolak dan terkadang memberontak.
5.      Kebutuhan untuk berprestasi
Dengan terpenuhinya kebutuhan untuk berprestasi dapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi. Dengan demikian kemampuan untuk berprestasi terkadang sangat erat kaitannya dengan perlakuan yang mereka terima baik dalam lingkunga keluarga, sekolah maupun di masyarakat.
6.      Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
Rasa ingin disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan yang esensial, karena dengan terpenuhi kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap mental peserta didik.
7.      kebutuhan  untuk curhat
kebutuhan untuk curhat terutama remaja dimaksudkan suatu kebutuhan untuk dipahami ide-ide dan permasalahan yang dihadapinya. Pesreta didik mengharapkan agar apa yang dialami, dirasakan terutama dalam masa pubertas, dapat didengar, ditanggapi oleh orang lain terutama pendidik. Sebaliknya jika mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengkomunikasikan permasalahan-permasalahan tersebut dapat membuat mereka kecewa dan tidak aman, sehingga muncul tingkah laku yang bersifat negative dan prilaki menyimpang.
8.      Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik pada usia remaja mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran dan nilai-nilai ideal seperti mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan itu diperoleh. Karena itu mereka membutuhkan pengetahuan-pengetahuan yang jelas sebagai suatu filsafat hidup yang memuaskan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.
Kebenaran dan nilai-nilai ideal yang murni hanya ditemukan di dalam agama. Oleh karena itu peserta didik sangat membutuhkan.


9.    Kebutuhan untuk beragama
Agama dibutuhkan manusia karena manusia memerlukan orientasi dan obyek pengabdian dalam hidupnya. Tidak ada, seorangpun yang tidak membutuhkan agama, baik manusia primitive, maupun manusia modern.
Para hahli tafsir seperti: Mohammad Hijazi, Sayyid Husin al-Thaba dan Mustafa al-Maraghi mempunyai pendapat yang sama bahwa fitrah beragama pada hakikatnya adalah kebutuhan manusia. Oleh karena itu para ahli menyebut bahwa manusia adalah makhluk yang beragama “homo religious”. Para ahlu psikologi membahas pula secara ilmiah hubungan manusia dengan agama.
Kebutuhan-kebutuhan peserta didik di atas harus diperhatikan oleh setiap pendidik, sehingga anak didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik. [3]
C.     Proses Administrasi Penerimaan Santri
Penerimaan santri baru dalam tahun pertama dan santri pindahan harus teradministrasi secara baik. Untuk santri baru misalnya harus mengisi formulir yang berisi: nama, alamat, pendidikan sebelumnya, orang tua, pekerjaan orang tua, dan seterusnya. Sementara untuk santri pindahan selain harus mengisi formulir penerimaan santri baru, ia harus menyertakan surat pindah dari pesantren sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah santri bersangkutan pindah karena bermasalah atau tidak. Setelah mengisi formulir yang disediakan maka di pesantren salaf kebnayakan santri langsung bisa masuk dan mengikuti kegiatan pondok, namun ini berbeda dengan pondok kholafi (modern) santri harus mengikuti tes masuk terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk mengatahui kemampuan santri ada juga yang bertujuan untuk menentukan jenjang pendidikan yang akan ditempuh santri tersebut.
Satu hal lagi yang perlu dimengerti dalam proses administrasi penerimaan santri, yaitu regestrasi atau daftar ulang dalam setiap tahunnya dan akhir jenjang kelulusan. Karena umumnya santri melanjutkan jenjang pendidikan di lembaga pendidikan yang sama dan terdapat di lingkungan pesantren semula.
3. Kebijakan Administrasi Santri
Setiap pesantren harus mempunyai kebijaksanaan umum penerimaan santri, aturan prilaku dan disiplin, standart moral dan pendidikan yang diharapkan santri, serta peraturan mengenai masalah siswa termasuk uang syahriyah (SPP). Hal-hal tersebut harus disosialisasikan secara tepat di antara santri, pengurus, dan orang tua santri. Catatan tentang santri dan data administrasi santri lainnya harus diketahui sedemikian rupa sehingga memberikan dasar yang baik untuk mengambil keputusan dan perencanaan program pesantren.
4. Catatan Keaktifan Santri dan Keluar Bermasalah
Setiap pesantren hendaknya memiliki buku khusus tentang catatan keaktifan santri dalam mengikuti kegiatan pesantren. Yang bertugas memegang buku catatn ini bisa ditentukan secara fleksibel. Bagi pesantren yang santrinya masih puluhan dapat langsung ditangani pengurus pesantren. Untuk pesantren yang santrinya mencapai ratusan atau bahkan ribuan dapat ditangani pengurus komplek atau pengurus kamar. Hal ini dimaksudkan untuk memantau perkembangan setiap santri, termasuk prilaku mereka yang bermasalah.
Khusus menyangkut santri yang nakal atau bermasalah, catatan ini sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan mereka dari waktu ke waktu. Selama ini, tidak adanya catatan aktivitas santri yang tergolong nakal atau bermasalah cukup membuat repot pihak-pihak pesantren. Biasanya hal ini berdampak pada pengeluaran santri secara terhormat dari pesantren, sementara ia adalah santri yang bermasalah. Cara ini jelas kurang tepat, bukankah pesantren berfungsi untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia? Terkecuali jika dengan adanya catatan yang berfungsi untuk memantau perkembangan santri tersebut nyatanya tidak berhasil, terpaksa pesantren harus membuat surat keterangan bahwa pihak pesantren tidak mampu lagi membimbing santri tersebut dan yang bersangkutan dinyatakan keluar bermasalah. Fungsi surat ini adalah sebagai pertimbangan orang tua dan pesantren lain yang akan dituju santri bermasalah tersebut sebagai tempat pindahan.
5. Pola Pembinaan Santri
Selain melalui kegiatan belajar mengajar, santri juga dibina melalui berbagai kegiatan ekstra kulikuler. Kegiatan itu antara lain: organisasi, menejemen, ekonomi, ataupun masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari santri setelah menyelesaikan pendidikan dan kembali ke masyarakat. Terdapat 4 pola pembinaan antara lain:
a. Membina santri dan membimbing santri yang mempunyai problem agar mereka bisa mengatasi persoalannya.
b. Memberikan tugas-tugas yang dapat mendorong santri memiliki semngat. Militasi, kreatifitas, loyalitas, dan jiwa dedikasi yang tinggi.
c. Meningkatkan ubudiyah para santri melalui penyelenggaraan shalat tahajud. Puasa sunnah, pembinaan membaca Al-Quran, dll.
d. Pengarahan dan pembinaan kehidupan para santri di rayon-rayon.
Untuk memudahkan pembinaan para santri dikelompokkan menurut asal daerahnya masing-masing.yang istilahnya disebut dengan rayon. Untuk membina santri dibentuklah organisasi pelajar, organisasi tersebut semacam OSIS di sekolah umum. Organisasi ini dijadikan wahana pelatihan kepemimpinan dan pengembangan kreatifitas para santri. Periode kepengurusan organisasi ini bisa juga satu tahun ajaran. Kegiatan organisasi ini hampir mencakup segala aspek kegiatan pondok. Seperti kegiatan usaha, pengajaran, perpustakaan, keuangan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah konsumsi dan penerimaan tamu. Disamping itu dalam membina persaudaraan antar alumni khususnya dan membina umat pada umumnya.

6. Kegiatan Santri
Kegiatan santri di dalam asrama biasanya dikoordinasi dan ditangani oleh pengasuh santri, sebagai perpanjangan tangan pengasuh Pondok(Kyai) dalam membina dan mendidik santri. Kegiatan santri di asrama ini biasanya melalui organisasi santri dan gerakan pramuka. Badan pengasuhan santri di pondok-Pondok Pesantren yang berkategori Salafiyah biasanya ditangani oleh organisasi santri dan kepala asrama (lurah pondok). Organisasi santri ini juga membawahi beberapa bagian, salah satunya bagian keamanan dan organisasi asrama. Kagiatan santri ini biasanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
1) kegiatan harian, meliputi semua kegiatan santri yang rutin dilakukan setiap hari.
2) Kegiatan Mingguan, yaitu kegiatan yang tidak dilakukan setiap hari, biasanya kegiatan ini dilakukan satu kali dalam seminggu, atau dua kali, atau tiga kali. Misalnya: Latihan pidato, Latihan Pramuka, Bahsul Masail.
3) Kegiatan Bulanan, kagiatan yang dilakukan biasanya satu bulan satu kali saja, ada juga yang dua kali. Misalnya: tambihul ‘am, kerja bakti dengan masyarakat.
4) Kegiatan Tahunan, kegiatan yang biasanya dilakukan satu tahun Cuma satu kali atau ada juga yang dua kali. Misalnya: Harlah, Haul, Upacara 17 Agustus.
7. Pengaturan Asrama Santri
Penyelenggaraan asrama untuk santri di Pondok Pesantren salafiyah berbeda dengan penyelenggaraan asrama di Pesantren jenis kholafiyah, apa lagi asrama bagi pelajar dan mahasiswa. Berdirinya asrama untuk para santri yang lazim disebut dengan Pondok Pesantren biasanya bermula dari adanya seorang kyai yang alim yang relatif menguasai ilmu-ilmu agama islam yang menetap di suatu tempat (bermukim). Kemudian datanglah santri-santri yang ingin belajar kepadanya dan turut pula bermukim ditempat tersebut. Karena banyaknya santri yang datang maka mereka pun berupaya mendirikan Pondok di sekitar rumah kyai atau santri.
Pengelolaan asrama di Pesantren biasanya dipimpin oleh seorang ketua yang lazim disebut dengan kesantrian yang dilengkapi dengan dengan susunan kepengurusan dan dibantu seksi-seksi sesuai kebutuhan. adapun dalam menentukan pembagian asrama/ kamar santri ini bisa di kelompokkan berdasarkan asal wilayah dan daerahnya, atau juga berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh. Seorang ketua asrama biasanya dari santri senior yang dipilih secara demokratis oleh perwakilan-perwakilan dari tiap-tiap kamar asrama. Calon-calon ketua yang akan dipilih adalah mereka yang telah mendapat restu dari kyainya. Atau seorang ketua asrama bisa ditunjuk langsung oleh kyainya, sedang para pembantunya diserahkan kepada ketua untuk memilih. Masa jabatan pengurus tergantung aturan yang ditetapkan Pesantren masing-masing.
8. Pengaturan Makan Santri
Sistem makan di PondokPesantren salafiyah umumnya para santri menanak nasi sendiri secara berkelompok masing-masing kamar, sedang untuk lauk pauknya bisa membeli di warung-warung milik masyarakat di sekitar pondok. Bagi mereka yang malas memasak bisa makan sepenuhnya di warung, sehingga dengan system makan yang demikian secara langsung dapat menjalin hubungan emosional antara santri dengan masyarakat sekitar PondokPesantren dan masyarakat sendiri merasa diuntungkan dengan adanya Pondok Pesantren. Manfaatnya di sisi lain para santri terbiasa dengan pola hidup sederhana dan mandiri, dengan jatah bekal yang diberikan orang tua dituntut harus mampu mengatur dalam pengeluarannya. Namun hal ini juga mempunyai kelemahan salah satunya adalah biasanya dengan menanak nasi sendiri para santri tidak bias mengatur waktu, seharusnya dia belajar tapi menanak nasi karena kelaparan.
Hal ini berbeda dengan Pesantren jenis Kholafiyah (Modern). Di Pesantren jenis ini para santri dikenakan berbagai biaya termasuk uang makan tiap bulannya, mereka jelas harus makan di asrama dalam satu koordinasi, bahkan hampir semua jenis kebutuhan santri dari makan, alat-alat kebutuhan belajar hingga pakaian telah tersedia, mereka harus membeli semua kebutuhan di asrama. Sebenarnya pengkoordinasian secara penuh dalam segala aspek kebutuhan santri di asrama, selain yang mengarah dan relevan dengan pendidikan akan berdampak negatif, akan terganggunya kreatifitas, jiwa demokrasi dan hubungan sosial kemasyarakatan bagi para santri yang merupakan bagian dari ruh Pondok Pesantren.
9. Administrasi Kelulusan Santri
Administrasi kelulusan santri sangat berguna untuk mendeteksi kelulusan dan alumni pesantren. Dalam hal ini pembuatannya disesuaikan dengan tipe-tipe pesantren:
a) untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum nasional, maka pencatatannya disesuaikan dengan tahun kelulusan madrasah atau sekolah.
b) Untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan pendidikan klasikal dengan kurikulum lokal, pencatatannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan pesantren yang berlaku.
c) Untuk tipe pesantren yang menyelenggarakan program paket A,B, dan C serta yang masih menyelenggarakan sisitem pengajian kolosal, pencatatan kelulusannya disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan santri.
10. Evaluasi Santri
Dalam setiap pondok pesantren hendaknya ada evaluasi terhadap santrinya, hal ini bisa dilakukan kapan saja, baik itu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atupun juga setiap tahun. Adapun bentuk evaluasinya bermacam-macam, bisa dengan ujian baik itu lisan atau perbuatan atau juga bisa dilakukan dengan pengamatan tingkah laku santri dalam kesehariannya. Hal ini mempunyai tujuan diantaranya adalah
a. Untuk mengatahui kemampuan santri dalam menyerap ilmu
b. Untuk menentukan prestasi santri
c. Untuk mengetahui perubahan paradikma berfikir dan tingkah laku santri dalam keseharian
d. Untuk mengetahui kekurangan proses pembelajaran dalam pondok pesantren.
C. KESIMPULAN
Demikianlah sedikit uraian tentang manajemen santri. Tentunya tulisan ini masih sangat jauh untuk mengungkap secara detail dan sempurna tentang manajemen santri. Untuk itu penulis yakin makalah ini masih membutuhkan banyak koreksi dan masukan. Sebagai penutup penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
*Disusun Oleh: Misbahus Surur (Mahasiswa STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang)



Daftar Pustaka



[1] Ramayulis
[2] Internet
[3] ramayulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar