BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Public Relation adalah yang direncanakan secara terus-menerus
dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik
antara organisasi dan masyarakatnya. Pendaoat ini menunnjukan bahwa public
relation dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin
komunikasi antara organisasi dari pihak luar organisasi (Coulsin-Thomas, 2002).
Adapun pengertian lain bahwa public relation adalah interaksi dan menciptakan
opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan
merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan
dengan secara terus menerus karena public relation merupakan kelangsungan hidup
organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002)
Opini Publik adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesa dari
pendapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memilih
kaitan penting. Untuk mendapatkan opini publik yang baik diperlukan perencanaan
dan strategi dalam melakukan publik relation. Tujuan utama dari public relation
adalah menciptakan, mempertahankan dan melindungi reputasi
organisasi/perusahaan, memperluas prestis, menampilkan citra-citra yang
mendukung. Dari tujuan tersebut diperlukan perencanaan dan strategi untuk
menciptkan suatu opini publik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi,
perencanaan, pengelolaan target PR, Opini Public, Pengaruh Opini Publik dan
proses pembentukan Citra.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja strategi public relation?
2.
Bagaimana
perencaan public relation?
3.
Bagaimana
pengelolaan target public relation?
4.
Apa
pengertian Opini Publik?
5.
Bagaimana
pengaruh Opini Publik?
6.
Bagaimana
proses pembentukan citra opini publik?
C.
Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan serta memahami tentang Strategi manajemen public relation dan opini
publik. Adapun tujuan lain yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Humas dan Layanan Publik. Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi dan Perencanaan Public Relation
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu.[1] Dalam
kegiatan apapun diperlukan strategi untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk
kedepannya. Begitu pula dengan public relation yang sudah pasti membutuhkan
sebuah strategi untuk melakukan sebuah komunikasi kepada masyarakat umum.
Strategi sering disebut juga rencana strategis atau rencana jangka panjang
suatu perusahaan atau organisasi. Suatu rencana ini akan menetapkan garis besar
tindakan strategis yang akan di ambil dalam kurun waktu tertentu kedepan. Ada
empat alasan yang paling penting bagi perlunya suatu perancanaan Public
Relation, keempat alasan tersebut yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk
menetapkan target-target operasi PR yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas
segenap hasil yang diperoleh.
2.
Untuk
memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
3.
Untuk
menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan segenap program PR yang telah diprioritaskan itu.
4.
Untuk
menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan
ketersediaan staf pendukung atau personil yang mencukupi, dukungan dari
berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kaantor, mesin cetak, kamera,
kendaraan, dan sebagainya, serta anggaran dana yang tersedia.[2]
Kata-kata yang
paling penting untuk diingat antara lain adalah jam kerja, prioritas,
penentuan waktu, sumber daya, peralatan, dan anggaran. Di sini, kita
menerapkan prinsip-prinsip dasar ilmu ekonomi, yakni kita harus senantiasa
memperatikan kelangkaan dari hal-hal tersebut. Dalam mengejar suatu tujuan,
kita selalu saja menghadapi hambataan abadi berupa keterbatasan sumber daya.
Tanpa adanya
suatu program yang terencana dengan baik, seorang praktisi PR akan terpaksa
beroperasi secara instingtif sehingga ia mudah kehilangan arah. Ia akan tergoda
mengerjakan hal-hal baru, sementara hal-hal yang lama belum terselesaikan. Pada
akhirnya, ia akan sulit memastikan sejauh mana kemajuan yang telah dicapai, dan
apa saja hasil-hasil konkret yang telah dihasilkannya. Ini sama saja dengan
menjalankan kereta api tanpa arah, tanpa stasiun, dan tanpa stasiun tujuan
sehingga pada akhirnya ia akan kehabisan
bahan bakar dan berhenti di suatu titik tanpa mencapai hasil apapun yang pasti.
Biasanya, pola kerja seperti itulah yang dilakukan oleh para praktisi PR yang
tidak atau kurang profesional. Mereka semata-mata beroperasi, melakukan ini dan
itu, tetapi tanpa disertai suatu panduan tujuan atau arah yang jelas.
Dari alasan-alasan perlunya suatu perencanaan Public
Relation tersebut dapat dilakukan kontribusi untuk rencana jangka panjang
praktisi Public Relation dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menyampaikan
fakta opini baik yang beredar di dalam maupun di luar perusahaan/organisasi.
Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping media massa dalam kurun waktu
tertentu dengan melakukan penelitian terhadap naskah pidato pimpinan bahan yang
dipublikasikan perushaan/organisasi, serta melakukan wawancara tertenu dengan
pihak yang berkepentingan atau dianggap pentinh.
2.
Menelusuri
dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara
historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap
perusahaan/organisasi terhadap publiknya atau sebaliknya.
3.
Melakukan
analisis SWOT. Meski tidak perlu menganalisis hal-hal yang berada diluar
jangkauannya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot
menegnai persepsi dari luar dan dari dalam atas SWOT yang dimilikinya.[3]
Perusahaan membenarkan suatu strategi dalam mencapai
tujuan jangka panjang. Adapun strategi dari public relations menurut Pearce dan
Robinson dalam Soleh Semirat dan Elvinaro Ardianto (2002: 9) adalah sebagai
berikut:
1.
Menentukan
misi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai
maksud, filosofi dan sasaran.
2.
Mengembangakan
company profile yang mencerminkan kondisi intern perusahaan dan kemampuan yang
dimilikinya.
3.
Penilaian
terhadap lingkungan ekstern perusahaan/organisasi, baik dari segi semangat
kompetitif maupun secara umum.
4.
Analisis
terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan.
5.
Identifikasi
atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntunan
misi perusahaan.
6.
Pemilihan
strategis atas objective jangka panjang dan garis besar strategi yang
dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.
7.
Mengembangkan
objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dan objective jangka
panjang dan garis besar strategi.
8.
Implementasi
atas hasil hal-hal diatas dnegan menggunakan sumber tertentu yang tercantum
dalam budget dan mengawinkan sumber daya manusia, sturktur, teknologi dan
sistem balas jasa yang memungkinkan.
9.
Riview
dari evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka
pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi
pengambilan keputusan dimasa depan. [4]
B.
Pengelolaan Target Public Relation
Public Relations profesional dalam pengelolaan sasaran/target yang
hendak dicapainya melakukan pengadopsian teknik-teknik Management of Objective
(MBO) dan Management by Objective of Result (MOR) untuk membantu kualitas nilai
public relations dalam suatu organisasi.
MBO dapat memberikan profesional Public Relations dengan sumber
umpan yang sangat kuat. MBO dan MOR berhubungan dengan hasil-hasil Public
Relation untuk penentuan target awal manajemen. Adapun poin-poin dalam MBO
menurut Sholeh Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2003: 98) adalah sebagai
berikut:
1.
Spesifikasi
tujuan-tujuan organisasi dengan mencapai target penampilan organisasi.
2.
Konferensi
antara superior dan subordinate (bawahan) untuk menyepakati terhadap pencapaian
tujuan.
3.
Kesepakatan
anatara atasan dan bawahan pada target yang konsistem dnegan tujuan-tujuan
organisasi.
4.
Pengkajian
secara periodik oleh atasan dan bawahan untuk menilai kemajaun pencapaian
tujuan.
Adapun penggunaan MBO secara efektif dalam tugas
Public Relation dapat di pecah ke dalam tujuh tahap secara kritis:
1.
Memiliki
batasan dan misi kerja.
2.
Menetapkan
kunci areal keberhasilan (hasil) dalam jangka waktu, berupaya dan
berkepribadian.
3.
Identifikasi
faktor-faktor menentukan tindakan pada target yang telah ditentukan.
4.
Meletakkan
target/menetapkan hasil yang akan dicapai.
5.
Persiapan
perencanaan secara taktis utnukt mencapai target khusus, termasuk:
a.
Pemrograman
untuk menetapkan suatu rangkaian tindakan untuk mengikutinya.
b.
Penjadwalan
waktu yang dibutuhkan bagi setiap tahapan.
c.
Penganggaran
untuk menugaskan sumber daya yang diperlukan bagi pencapaian tujuan.
d.
Pemantapan
pertanggung jawaban secara individu untuk pencapaian target/sasaran.
e.
Pengkajian
dan rekonsiliasi (perdamaian) melalui suatu prosedur testig untuk membawa
kemajuan
6.
Pemantapan
keputusan dan peraturan untuk mengikutinya.
7.
Pemantapan
perosedur untuk menangani pekerjaan.[5]
C.
Opini Publik
1.
Pengertian
Opini Publik
Seperti telah diketahui salah satu tujuan pubic relations adalah
memperoleh opini publik yang favorable. Dalam usaha mencapai hasil yang
memuaskan, segi-segi psychologis mengenai hubungan dengan publik khususnya,
masyarkat umumnya penting untuk diperhatikn.
William Albig, di dalam buku nya public opinion, mengemukakan
pendapat nya sebagai berikut :
“PO results from the interaction of persons upon one another in any
type of group” (Opini publik adalah hasil dari pada interasi antara
individu-individu dalam kelompok apa saja). Ini berrti bahwa opini publik itu
timbul, karena adanya interaksi antara individu-individu yang menyatakan
pendapatnya. Selanjutnya Albig mengemukakan bahwa opini pubik itu baru menjadi
opini bila hal itu telah dinyatakan.
George L. Bird dan Frederick E. Merwin mengemukakan dalam bukunya
The Press and Society, pendapat Clyde L. King dalam tuisannya Public Opinion a
Maniferstation of the Socil Mind, bahwa opini publik itu adalah penilaian
sosial (social judgment) mengenai sesuatu hal yang penting dan berarti atas
dasar pertukaran fikiran yang dilakukan individu-individu dengan sadar dengan
rasionil.
Menurut Emory Bogardus didalam buku The Making Of Public Opinion :
“Opini publik adalah pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang
dilakukan didalam masyarakat demokrtis.
Opini publik bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang
dikumpulkan.” Dengan demikian berarti :
a.
Opini
publik itu bukan merupakan kata sepakat (senstemmig, unanimous).
b.
Tidak
merupakn jumlah pendapat yang dihitung secara “numerical” (numerik, menurut
juumlah) berapa jumlah orang terapat masing-masing pihak, sehingga mayoritas
opini dapat disebut opini publik.
c.
Opini
publik hanya dapat berkembang dinegara-negara demokratis dimana terdapat
kebebasan bagi tiap individu untuk menyatakan pendapatnya dengan lisan,
tertulis, gambar-gambar isyarat dan lambang-lambang lainnya yang dapat
dimengerti.
Kruger Reckless didalam bukunya Social Psychology mengemukan, bahwa
opini publik adalah suatu pendapat hasil pertimbangan seseorang tentang sesuatu
hal yang telah diterima sebaagi fikiran publik. Banyak definisi yang telah
dikemukakan, tapi sampai sekarang belum terapat pengertian yang exact tentang
opini publik itu.[6]
2.
Pembentukan
Opini Publik
Kejadian-kejadian mengenai manusia, baik yang
mengenai soal pribadi, maupun kelompok, mengenai “public issues” dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang “unusual” dan aktuil selalu merupakan bahan pembicaraan atau
diskusi dalam keluarga dan didalam masyarakat. Misalnya mengenai penceraian
atau pernikahan seorang negarawan, kegiatan suatu partai politik, peluncuran
manusia kebulan, mode, dan sebagainya.
Dari mulai
orang/golongan yang terendah sampai yang
teratas, yang terpelajar an tidak bersekolah, yang terkemuka dan orang biasa,
membicarakannya dan mendiskusikannya. Pembicaran itu dilakukan oleh perorangan
atau golongan dan tidak terikat oleh tempat dan waktu. Mereka ada yang pro dan
yang kontra; masing-masing mengemukakan penilaiannya atau pendapatnya. Ada yang
berddasarkn fakta, tapi juga ada yang berdasarkan sentimen, prinsip, harapan
dan sebagainya. Orang-orang itu tanpa menyadarinya sudah terlibat dalam proses
pembentukan opini pubblik.
Background
seseorang (pendidikan, kebudayaan, agama, ekonomi, pengalaman, dan sebagainya)
besar pengaruhnya terhadap jalan fikirannya (way of thingking) dn opini yang
dinyatakannya tidak akan lepas dari backgroundnya. Oleh karena itu, ikatakan
bahwa keluarga merupakan “the first molder” dalam pementukan opini tiap
individu. Jadi pembicarakan atau diskusi mengenai sesuatu hal, timbul karena
adanya informasi atau reaksi dapat dilakukan dengan berbagi cara. Misalnya
ddengan kata-kata, baik tertulis maupun lisan, dengan isyarat, gambar dan
sebagainya.
Karena reaksi
itu ada yang berdasarkan fakta, emosi, sentimen, harapan keyakinan, backround
kebudayaan, agama, pengalaman dan sebagainya. Maka opini publik tidak terlalu
rasionil. Tapi sering kali bersifat subyektif. Keterangan-keterangan yang
lengkap sangat diperlukan didalam proses pembentukan opini publik.
Bagi beberapa
golongan kadang-kadang sesuatu informasi tak mungkin dapat didiskusikan karena
berbagai faktor. Misalnya faktor adat istiadat, faktor pengetahuan yang sangat
terbatas dan sebagainya.
Tapi bagian
yang lainnya sesutu informasi bisa menjadi bahan perdebatan yang dahsyat.
Persoalan yang diperdebatkan ini dalam prosesnya semakin lama semakin
terkonsolidasi, hingga akan lahirnya bentuk-bentuk opini tertentu terhadap soal
yang diperdebatkan tadi didukung oleh sebagian besar orang, maka tercapailah
suatu “social judgment”. Penilaian sosial mengeni sesuatu persoalan yang
didiskusikan atau dipertentangkan itulah yang disebut public Opinion atau Opini
Publik.
Opini publik
terbentuk didalam sesuatu lingkungan luas atau sempit. Sebab seperti telah
dikemukakan, pengertian publik itu adalah sekelompok individu, besar atau
kecil, yang mempunyai kepentingan, perhatian dan minat yang sama pada sesuatu
hal.
Atas dasar itu
ditiap kelompok dapat terbentuk opini publik, juga mengenai hal yang sama, yang
ada hubungannya dengan kepentingan kelompok-kelompok individu itu, misalnya
mengenai peraturan pemerintah tentang kenaikan harga beras. Opini publik ini
lahir dimana-mana, dan merupakan “nation wide public opinion”.[7]
Proses
terbentuknya Opini Publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip dan
Center ada empat tahap, yaitu:
a.
Ada
masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan.
b.
Munculnya
beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif.
c.
Dalam
diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok.
d.
Untuk
melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih
luas.
Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang
semula dipertentangkan sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak
berarti bahwa opini publik merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara
mayoritas setuju, karena kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak
dimintakan pernyataan setuju.
D.
Pengaruh Opini Publik
Sebelum membahas pengaruh opini publik perlu kita ketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi opini publik yaitu, sebagai berikut:
1.
Pendidikan
Pendidikan, baik formal maupun non formal, banyak mempengaruhi dan
membentuk persepsi seseorang. Orang berpendidikan cukup, memiliki sikap yang
lebih mandiri ketimbang kelompok yang
kurang berpendidikan. Yang terakhir cenderung mengikut.
2.
Kondisi
Sosial
Masyarakat yang terdiri dari kelompok tetrutup akan memiliki
pendapat yang lebih sempit daripada keolpok masyarakat terbuka. Dalam
masyarakat tertutup, komunikasi dengan luar sulit dilakukan.
3.
Kondisi
Ekonomi
Masyarakat yang kebutuhan minumnya terpenuhi dan masalah survive
bukan lagi merupakan bahaya yang mengancam, adalah masyarakat yang tenang dan
demokratis.
4.
Ideologi
Ideologi adalah hasil kristalisasi nulai yang ada dalam masyarakat.
Ia juga merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik tolaknya adalah
kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah pada egoisme atau
kelompokisme.
5.
Orgnisasi
Dalam organisasi orang berinteraksi dengan orang lain berbagai
ragam kepentingan. Dalam organisasi orang dapat menyalurkan pendapat dan
keinginannya. Karena dalam kelompok ini orang cenderung bersedia menyamakan
pendapatnya, maka pendapat umum mudah terbentuk.
6.
Media
Massa
Persepsi masyarakat dapat dibentuk oleh media massa. Media massa
dapat membentuk degan cara pemberitaan. [8]
Sehubungan dengan pentingnya Opini Publik didalam public relations,
perlu diketahui beberapa hal tentang pengaruhnya:
1.
Opini
publik dapat memperkuat Undang-Undang/Peraturan-peraturan, sebab tanpa dukungan
opini publik Undang-Undang/Peraturan-peraturan itu tidak akan jalan.
2.
Opini
publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.
3.
Opini
publik adalah pendukung existensi lembaga-lembaga sosial.[9]
E.
Proses Pembentukan Citra
Citra atau Image didefinisikan sebagai a picture of
mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam benak seseorang. Citra dapat
berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemduian ternyata tidak di dukung
oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Bill Calton mengatakan bahwa citra
adalah kesan, perasaan, gambaran, dari publik terhadap perusahaan; kesan yang
dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi. Sedangkan
menurut Frank Jefkins, citra adalah kesan, gambaran atau impresi yang tepat
(sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) mengenai berbagai kebijakan,
personil, produk, atau, jasa-jasa suatu organisasi atau perusahaan.
Proses
pembentukan citra atau kesan terhadap suatu obyek – organisasi, atau individu
tertentu melibatkan empat komponen penting dalam diri seseorang individu yang meliputi persepsi, kognisi,
motivasi serta sikap. Wate Lipman, seorang pakar psikologi sosial menyebut
empat rangkaian tersebut dengan nama, picture in our head. Penjelasannya yaitu
sebagai berikut:
1.
Persepsi
yang diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang
dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain. Individu akan
memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang.
Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan
oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi individu. Kemampuan memeprsepsi itulah
yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.
2.
Kognisi
yaitu suatu keyakinan dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan
timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu
harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat memperngaruhi
perembangan informasinya.
3.
Motif
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan trtentu guna mencapai tujuan.
4.
Sikap
adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa
dalammenghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Sikap
menentukan apakah seseorang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan
apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap pun mengandung aspek
evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Yang
paling penting pula, sikap ini jga dapat diperteguh, ataupun diubah.[10]
Dalam konteks kerja Humas, kiranya sangat penting untuk mengetahui
apa dan bagaimana komponen yang terkait dengan proses pembentukan citra itu.
Proses pembentukan citra itu akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau
perilaku tertentu yang semuanya hanya bisa dipahami melalaui suatu penelitian.
Secara teori citra dibangun melalui proses kerja Humas yang dikelompokkan
dengan berbagai jenis antara lain:
1.
Citra
Bayangan yaitu citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar,
terhadap organisasinya. Citra ini sering tidak tepat karena sekedar ilusi dari
akibat tidak memadainya informasi, pengetahuan yang dimiliki oleh kalangan
organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.
2.
Citra
yang Berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak
luar mengenai suatu organisasi.citra ini terdapat pada publik eksternal
berdasarkan pengalaman dan pemahaman publik eksternal terhadap organisasi itu.
3.
Citra
yang Diharapkan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen
terhadap lembaga atau produk yang ditampilkan.[11]
4.
Citra
yang Baik dan yang Buruk berkaitan bagaimana citra perusahaan yang poritif
lebih dikenal dan diterima publiknya.
Seluruh kegiatan humas diharapkan bisa mendukung
terwujudnya citra positif organisasinya.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Ada empat alasan yang paling penting bagi
perlunya suatu perancanaan Public Relation, keempat alasan tersebut yaitu
sebagai berikut:
1.
Untuk menetapkan
target-target operasi PR yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas segenap
hasil yang diperoleh.
2.
Untuk memperhitungkan
jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
3.
Untuk menyusun skala
prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan segenap program PR yang telah diprioritaskan itu.
4.
Untuk menentukan
kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan staf
pendukung atau personil yang mencukupi, dukungan dari berbagai peralatan fisik
seperti alat-alat kaantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya, serta
anggaran dana yang tersedia.
Public Relations profesional dalam pengelolaan
sasaran/target yang hendak dicapainya melakukan pengadopsian teknik-teknik
Management of Objective (MBO) dan Management by Objective of Result (MOR) untuk
membantu kualitas nilai public relations dalam suatu organisasi.
Adapun penggunaan MBO secara efektif dalam tugas
Public Relation dapat di pecah ke dalam tujuh tahap secara kritis:
1.
Memiliki batasan dan misi
kerja.
2.
Menetapkan kunci areal
keberhasilan (hasil) dalam jangka waktu, berupaya dan berkepribadian.
3.
Identifikasi faktor-faktor
menentukan tindakan pada target yang telah ditentukan.
4.
Meletakkan
target/menetapkan hasil yang akan dicapai.
5.
Persiapan perencanaan
secara taktis untuk mencapai target khusus.
6.
Pemantapan keputusan dan
peraturan untuk mengikutinnya.
7.
Pemantapan prosedur untuk
menangani pekerjaan.
Kruger Reckless didalam bukunya Social Psychology mengemukan, bahwa
opini publik adalah suatu pendapat hasil pertimbangan seseorang tentang sesuatu
hal yang telah diterima sebaagi fikiran publik. Banyak definisi yang telah
dikemukakan, tapi sampai sekarang belum terapat pengertian yang exact tentang
opini publik itu.
Proses terbentuknya Opini Publik melalui beberapa tahapan yang
menurut Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu:
1.
Ada
masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan.
2.
Munculnya
beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif.
3.
Dalam
diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok.
4.
Untuk
melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih
luas.
Adapun pengaruh opini publik, yaitu sebagai berikut:
1.
Opini
publik dapat memperkuat Undang-Undang/Peraturan-peraturan, sebab tanpa dukungan
opini publik Undang-Undang/Peraturan-peraturan itu tidak akan jalan.
2.
Opini
publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.
3.
Opini
publik adalah pendukung existensi lembaga-lembaga sosial.
Proses
pembentukan citra atau kesan terhadap suatu obyek – organisasi, atau individu
tertentu melibatkan empat komponen penting dalam diri seseorang individu yang meliputi persepsi, kognisi,
motivasi serta sikap. Wate Lipman, seorang pakar psikologi sosial menyebut
empat rangkaian tersebut dengan nama, picture in our head. Penjelasannya yaitu
sebagai berikut:
1.
Persepsi
yang diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang
dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
2.
Kognisi
yaitu suatu keyakinan dari individu terhadap stimulus.
3.
Motif
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan trtentu guna mencapai tujuan.
4.
Sikap
adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa
dalammenghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurraachman,
Oemi. 1995. Dasar-Dasar Public Relation. Bandung: PT. Citra Aditya
Abadi.
Andika
Putra “Strategi dan Pengelolaan target Public Reltions”
http://apkeliat.blogspot.in/2011/07/strategi-dan-pengelolaan-target-public.html?m=1
tanggal 27 Februari 2015.
Indra
Ardiyanto “Strategi Public Relation” diakses dari http://indraardiyanto.blogspot.in/2012/07/strategi-public-relations.html?m=1
tanggal 27 Februari 2015.
Jefkins,
Frank.2003. Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Prita
Kemal Gani, “Membangun Citra Positif” diakses dari
www.lspr.edu/pritakemalgani/membangun-citra-positif/ tanggal 01 Maret 2015.
Rosi
NS “Opini Publik” diakses dari http://kancahkreatif.blogspot.in/2011/10/opini-publik.html?m=1
pada tanggal 28 Februari 2015
Wikipedia “Citra
Hubungan Masyarakat” diakses dari
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Citra_(Hubungan_Masyarakat) tanggal 2 maret
2015.
Wikipedia “Strategi”
diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Strategi tanggal 27 Februari 2015
[1]Wikipedia “Strategi” diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Strategi pada tanggal 27
Februari 2015
[2] Frank Jefkins, Public Relation, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2003), cet. V, hal. 56
[3] Indra Ardiyanto “Strategi Public Relation” diakses dari http://indraardiyanto.blogspot.in/2012/07/strategi-public-relations.html?m=1 pada tanggal 27 Februari 2015.
[4] Andika Putra “Strategi dan Pengelolaan target Public
Reltions” diakses dari http://apkeliat.blogspot.in/2011/07/strategi-dan-pengelolaan-target-public.html?m=1 pada tanggal
27 Februari 2015.
[5] Andika Putra
“Strategi dan Pengelolaan target Public Reltions” diakses dari
http://apkeliat.blogspot.in/2011/07/strategi-dan-pengelolaan-target-public.html?m=1
pada tanggal 27 Februari 2015.
[6] Oemi
Abdurrachman, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1995), cet. II, hlm. 51-52.
[7] Ibid,
hlm. 54-56.
[8] Rosi NS “Opini Publik” diakses dari http://kancahkreatif.blogspot.in/2011/10/opini-publik.html?m=1 pada tanggal 28 Februari 2015
[9] Oemi
Abdurrachman, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1995), cet. II, hlm. 56.
[10] Wikipedia “Citra Hubungan Masyarakat” diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Citra_(Hubungan_Masyarakat) pada tanggal 2 maret 2015.
[11]Frank Jefkins, Public
Relation, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), cet. V, hal. 56
[12] Prita Kemal
Gani, “Membangun Citra Positif” diakses dari
www.lspr.edu/pritakemalgani/membangun-citra-positif/ pada tanggal 01 Maret
2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar