Senin, 09 Maret 2015

Srategi Manajemen Public Relationn dan Opini Publik

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Public Relation adalah yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendaoat ini menunnjukan bahwa public relation dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dari pihak luar organisasi (Coulsin-Thomas, 2002). Adapun pengertian lain bahwa public relation adalah interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karena public relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002)
Opini Publik adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesa dari pendapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memilih kaitan penting. Untuk mendapatkan opini publik yang baik diperlukan perencanaan dan strategi dalam melakukan publik relation. Tujuan utama dari public relation adalah menciptakan, mempertahankan dan melindungi reputasi organisasi/perusahaan, memperluas prestis, menampilkan citra-citra yang mendukung. Dari tujuan tersebut diperlukan perencanaan dan strategi untuk menciptkan suatu opini publik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi, perencanaan, pengelolaan target PR, Opini Public, Pengaruh Opini Publik dan proses pembentukan Citra.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja strategi public relation?
2.      Bagaimana perencaan public relation?
3.      Bagaimana pengelolaan target public relation?
4.      Apa pengertian Opini Publik?
5.      Bagaimana pengaruh Opini Publik?
6.      Bagaimana proses pembentukan citra opini publik?
C.  Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta memahami tentang Strategi manajemen public relation dan opini publik. Adapun tujuan lain yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Humas dan Layanan Publik. Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Strategi dan Perencanaan Public Relation
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.[1] Dalam kegiatan apapun diperlukan strategi untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kedepannya. Begitu pula dengan public relation yang sudah pasti membutuhkan sebuah strategi untuk melakukan sebuah komunikasi kepada masyarakat umum. Strategi sering disebut juga rencana strategis atau rencana jangka panjang suatu perusahaan atau organisasi. Suatu rencana ini akan menetapkan garis besar tindakan strategis yang akan di ambil dalam kurun waktu tertentu kedepan. Ada empat alasan yang paling penting bagi perlunya suatu perancanaan Public Relation, keempat alasan tersebut yaitu sebagai berikut:
1.      Untuk menetapkan target-target operasi PR yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas segenap hasil yang diperoleh.
2.      Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
3.      Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan segenap program PR yang telah diprioritaskan itu.
4.      Untuk menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan staf pendukung atau personil yang mencukupi, dukungan dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kaantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya, serta anggaran dana yang tersedia.[2]
Kata-kata yang paling penting untuk diingat antara lain adalah jam kerja, prioritas, penentuan waktu, sumber daya, peralatan, dan anggaran. Di sini, kita menerapkan prinsip-prinsip dasar ilmu ekonomi, yakni kita harus senantiasa memperatikan kelangkaan dari hal-hal tersebut. Dalam mengejar suatu tujuan, kita selalu saja menghadapi hambataan abadi berupa keterbatasan sumber daya.
Tanpa adanya suatu program yang terencana dengan baik, seorang praktisi PR akan terpaksa beroperasi secara instingtif sehingga ia mudah kehilangan arah. Ia akan tergoda mengerjakan hal-hal baru, sementara hal-hal yang lama belum terselesaikan. Pada akhirnya, ia akan sulit memastikan sejauh mana kemajuan yang telah dicapai, dan apa saja hasil-hasil konkret yang telah dihasilkannya. Ini sama saja dengan menjalankan kereta api tanpa arah, tanpa stasiun, dan tanpa stasiun tujuan sehingga pada akhirnya ia akan  kehabisan bahan bakar dan berhenti di suatu titik tanpa mencapai hasil apapun yang pasti. Biasanya, pola kerja seperti itulah yang dilakukan oleh para praktisi PR yang tidak atau kurang profesional. Mereka semata-mata beroperasi, melakukan ini dan itu, tetapi tanpa disertai suatu panduan tujuan atau arah yang jelas.
Dari alasan-alasan perlunya suatu perencanaan Public Relation tersebut dapat dilakukan kontribusi untuk rencana jangka panjang praktisi Public Relation dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menyampaikan fakta opini baik yang beredar di dalam maupun di luar perusahaan/organisasi. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping media massa dalam kurun waktu tertentu dengan melakukan penelitian terhadap naskah pidato pimpinan bahan yang dipublikasikan perushaan/organisasi, serta melakukan wawancara tertenu dengan pihak yang berkepentingan atau dianggap pentinh.
2.      Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap perusahaan/organisasi terhadap publiknya atau sebaliknya.
3.      Melakukan analisis SWOT. Meski tidak perlu menganalisis hal-hal yang berada diluar jangkauannya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot menegnai persepsi dari luar dan dari dalam atas SWOT yang dimilikinya.[3]
Perusahaan membenarkan suatu strategi dalam mencapai tujuan jangka panjang. Adapun strategi dari public relations menurut Pearce dan Robinson dalam Soleh Semirat dan Elvinaro Ardianto (2002: 9) adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan misi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud, filosofi dan sasaran.
2.      Mengembangakan company profile yang mencerminkan kondisi intern perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya.
3.      Penilaian terhadap lingkungan ekstern perusahaan/organisasi, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.
4.      Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan.
5.      Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntunan misi perusahaan.
6.      Pemilihan strategis atas objective jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.
7.      Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dan objective jangka panjang dan garis besar strategi.
8.      Implementasi atas hasil hal-hal diatas dnegan menggunakan sumber tertentu yang tercantum dalam budget dan mengawinkan sumber daya manusia, sturktur, teknologi dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
9.      Riview dari evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan dimasa depan. [4]

B.   Pengelolaan Target Public Relation
Public Relations profesional dalam pengelolaan sasaran/target yang hendak dicapainya melakukan pengadopsian teknik-teknik Management of Objective (MBO) dan Management by Objective of Result (MOR) untuk membantu kualitas nilai public relations dalam suatu organisasi.
MBO dapat memberikan profesional Public Relations dengan sumber umpan yang sangat kuat. MBO dan MOR berhubungan dengan hasil-hasil Public Relation untuk penentuan target awal manajemen. Adapun poin-poin dalam MBO menurut Sholeh Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2003: 98) adalah sebagai berikut:
1.      Spesifikasi tujuan-tujuan organisasi dengan mencapai target penampilan organisasi.
2.      Konferensi antara superior dan subordinate (bawahan) untuk menyepakati terhadap pencapaian tujuan.
3.      Kesepakatan anatara atasan dan bawahan pada target yang konsistem dnegan tujuan-tujuan organisasi.
4.      Pengkajian secara periodik oleh atasan dan bawahan untuk menilai kemajaun pencapaian tujuan.
Adapun penggunaan MBO secara efektif dalam tugas Public Relation dapat di pecah ke dalam tujuh tahap secara kritis:
1.      Memiliki batasan dan misi kerja.
2.      Menetapkan kunci areal keberhasilan (hasil) dalam jangka waktu, berupaya dan berkepribadian.
3.      Identifikasi faktor-faktor menentukan tindakan pada target yang telah ditentukan.
4.      Meletakkan target/menetapkan hasil yang akan dicapai.
5.      Persiapan perencanaan secara taktis utnukt mencapai target khusus, termasuk:
a.       Pemrograman untuk menetapkan suatu rangkaian tindakan untuk mengikutinya.
b.      Penjadwalan waktu yang dibutuhkan bagi setiap tahapan.
c.       Penganggaran untuk menugaskan sumber daya yang diperlukan bagi pencapaian tujuan.
d.      Pemantapan pertanggung jawaban secara individu untuk pencapaian target/sasaran.
e.       Pengkajian dan rekonsiliasi (perdamaian) melalui suatu prosedur testig untuk membawa kemajuan
6.      Pemantapan keputusan dan peraturan untuk mengikutinya.
7.      Pemantapan perosedur untuk menangani pekerjaan.[5]

C.    Opini Publik
1.      Pengertian Opini Publik
Seperti telah diketahui salah satu tujuan pubic relations adalah memperoleh opini publik yang favorable. Dalam usaha mencapai hasil yang memuaskan, segi-segi psychologis mengenai hubungan dengan publik khususnya, masyarkat umumnya penting untuk diperhatikn.
William Albig, di dalam buku nya public opinion, mengemukakan pendapat nya sebagai berikut :
“PO results from the interaction of persons upon one another in any type of group” (Opini publik adalah hasil dari pada interasi antara individu-individu dalam kelompok apa saja). Ini berrti bahwa opini publik itu timbul, karena adanya interaksi antara individu-individu yang menyatakan pendapatnya. Selanjutnya Albig mengemukakan bahwa opini pubik itu baru menjadi opini bila hal itu telah dinyatakan.
George L. Bird dan Frederick E. Merwin mengemukakan dalam bukunya The Press and Society, pendapat Clyde L. King dalam tuisannya Public Opinion a Maniferstation of the Socil Mind, bahwa opini publik itu adalah penilaian sosial (social judgment) mengenai sesuatu hal yang penting dan berarti atas dasar pertukaran fikiran yang dilakukan individu-individu dengan sadar dengan rasionil.
Menurut Emory Bogardus didalam buku The Making Of Public Opinion : “Opini publik adalah pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan  didalam masyarakat demokrtis. Opini publik bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan.” Dengan demikian berarti :
a.         Opini publik itu bukan merupakan kata sepakat (senstemmig, unanimous).
b.        Tidak merupakn jumlah pendapat yang dihitung secara “numerical” (numerik, menurut juumlah) berapa jumlah orang terapat masing-masing pihak, sehingga mayoritas opini dapat disebut opini publik.
c.         Opini publik hanya dapat berkembang dinegara-negara demokratis dimana terdapat kebebasan bagi tiap individu untuk menyatakan pendapatnya dengan lisan, tertulis, gambar-gambar isyarat dan lambang-lambang lainnya yang dapat dimengerti.
Kruger Reckless didalam bukunya Social Psychology mengemukan, bahwa opini publik adalah suatu pendapat hasil pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal yang telah diterima sebaagi fikiran publik. Banyak definisi yang telah dikemukakan, tapi sampai sekarang belum terapat pengertian yang exact tentang opini publik itu.[6]
2.      Pembentukan Opini Publik
Kejadian-kejadian mengenai manusia, baik yang mengenai soal pribadi, maupun kelompok, mengenai “public issues” dan kegiatan-kegiatan lainnya yang “unusual” dan aktuil selalu merupakan bahan pembicaraan atau diskusi dalam keluarga dan didalam masyarakat. Misalnya mengenai penceraian atau pernikahan seorang negarawan, kegiatan suatu partai politik, peluncuran manusia kebulan, mode, dan sebagainya.
Dari mulai orang/golongan  yang terendah sampai yang teratas, yang terpelajar an tidak bersekolah, yang terkemuka dan orang biasa, membicarakannya dan mendiskusikannya. Pembicaran itu dilakukan oleh perorangan atau golongan dan tidak terikat oleh tempat dan waktu. Mereka ada yang pro dan yang kontra; masing-masing mengemukakan penilaiannya atau pendapatnya. Ada yang berddasarkn fakta, tapi juga ada yang berdasarkan sentimen, prinsip, harapan dan sebagainya. Orang-orang itu tanpa menyadarinya sudah terlibat dalam proses pembentukan opini pubblik.
Background seseorang (pendidikan, kebudayaan, agama, ekonomi, pengalaman, dan sebagainya) besar pengaruhnya terhadap jalan fikirannya (way of thingking) dn opini yang dinyatakannya tidak akan lepas dari backgroundnya. Oleh karena itu, ikatakan bahwa keluarga merupakan “the first molder” dalam pementukan opini tiap individu. Jadi pembicarakan atau diskusi mengenai sesuatu hal, timbul karena adanya informasi atau reaksi dapat dilakukan dengan berbagi cara. Misalnya ddengan kata-kata, baik tertulis maupun lisan, dengan isyarat, gambar dan sebagainya.
Karena reaksi itu ada yang berdasarkan fakta, emosi, sentimen, harapan keyakinan, backround kebudayaan, agama, pengalaman dan sebagainya. Maka opini publik tidak terlalu rasionil. Tapi sering kali bersifat subyektif. Keterangan-keterangan yang lengkap sangat diperlukan didalam proses pembentukan opini publik.
Bagi beberapa golongan kadang-kadang sesuatu informasi tak mungkin dapat didiskusikan karena berbagai faktor. Misalnya faktor adat istiadat, faktor pengetahuan yang sangat terbatas dan sebagainya.
Tapi bagian yang lainnya sesutu informasi bisa menjadi bahan perdebatan yang dahsyat. Persoalan yang diperdebatkan ini dalam prosesnya semakin lama semakin terkonsolidasi, hingga akan lahirnya bentuk-bentuk opini tertentu terhadap soal yang diperdebatkan tadi didukung oleh sebagian besar orang, maka tercapailah suatu “social judgment”. Penilaian sosial mengeni sesuatu persoalan yang didiskusikan atau dipertentangkan itulah yang disebut public Opinion atau Opini Publik.
Opini publik terbentuk didalam sesuatu lingkungan luas atau sempit. Sebab seperti telah dikemukakan, pengertian publik itu adalah sekelompok individu, besar atau kecil, yang mempunyai kepentingan, perhatian dan minat yang sama pada sesuatu hal.
Atas dasar itu ditiap kelompok dapat terbentuk opini publik, juga mengenai hal yang sama, yang ada hubungannya dengan kepentingan kelompok-kelompok individu itu, misalnya mengenai peraturan pemerintah tentang kenaikan harga beras. Opini publik ini lahir dimana-mana, dan merupakan “nation wide public opinion”.[7]
Proses terbentuknya Opini Publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu:
a.       Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan.
b.      Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif.
c.       Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok.
d.      Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih luas.
Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan setuju.

D.  Pengaruh Opini Publik
Sebelum membahas pengaruh opini publik perlu kita ketahui faktor-faktor yang mempengaruhi opini publik yaitu, sebagai berikut:
1.      Pendidikan
Pendidikan, baik formal maupun non formal, banyak mempengaruhi dan membentuk persepsi seseorang. Orang berpendidikan cukup, memiliki sikap yang lebih mandiri ketimbang kelompok yang  kurang berpendidikan. Yang terakhir cenderung mengikut.
2.      Kondisi Sosial
Masyarakat yang terdiri dari kelompok tetrutup akan memiliki pendapat yang lebih sempit daripada keolpok masyarakat terbuka. Dalam masyarakat tertutup, komunikasi dengan luar sulit dilakukan.
3.      Kondisi Ekonomi
Masyarakat yang kebutuhan minumnya terpenuhi dan masalah survive bukan lagi merupakan bahaya yang mengancam, adalah masyarakat yang tenang dan demokratis.
4.      Ideologi
Ideologi adalah hasil kristalisasi nulai yang ada dalam masyarakat. Ia juga merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik tolaknya adalah kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah pada egoisme atau kelompokisme.
5.      Orgnisasi
Dalam organisasi orang berinteraksi dengan orang lain berbagai ragam kepentingan. Dalam organisasi orang dapat menyalurkan pendapat dan keinginannya. Karena dalam kelompok ini orang cenderung bersedia menyamakan pendapatnya, maka pendapat umum mudah terbentuk.
6.      Media Massa
Persepsi masyarakat dapat dibentuk oleh media massa. Media massa dapat membentuk degan cara pemberitaan. [8]
Sehubungan dengan pentingnya Opini Publik didalam public relations, perlu diketahui beberapa hal tentang pengaruhnya:
1.      Opini publik dapat memperkuat Undang-Undang/Peraturan-peraturan, sebab tanpa dukungan opini publik Undang-Undang/Peraturan-peraturan itu tidak akan jalan.
2.      Opini publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.
3.      Opini publik adalah pendukung existensi lembaga-lembaga sosial.[9]

E.   Proses Pembentukan Citra
Citra atau Image didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemduian ternyata tidak di dukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Bill Calton mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran, dari publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi. Sedangkan menurut Frank Jefkins, citra adalah kesan, gambaran atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) mengenai berbagai kebijakan, personil, produk, atau, jasa-jasa suatu organisasi atau perusahaan.
Proses pembentukan citra atau kesan terhadap suatu obyek – organisasi, atau individu tertentu melibatkan empat komponen penting dalam diri seseorang  individu yang meliputi persepsi, kognisi, motivasi serta sikap. Wate Lipman, seorang pakar psikologi sosial menyebut empat rangkaian tersebut dengan nama, picture in our head. Penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1.      Persepsi yang diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi individu. Kemampuan memeprsepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.
2.      Kognisi yaitu suatu keyakinan dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat memperngaruhi perembangan informasinya.
3.      Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan trtentu guna mencapai tujuan.
4.      Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalammenghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Sikap menentukan apakah seseorang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap pun mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Yang paling penting pula, sikap ini jga dapat diperteguh, ataupun diubah.[10]
Dalam konteks kerja Humas, kiranya sangat penting untuk mengetahui apa dan bagaimana komponen yang terkait dengan proses pembentukan citra itu. Proses pembentukan citra itu akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu yang semuanya hanya bisa dipahami melalaui suatu penelitian. Secara teori citra dibangun melalui proses kerja Humas yang dikelompokkan dengan berbagai jenis antara lain:
1.      Citra Bayangan yaitu citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini sering tidak tepat karena sekedar ilusi dari akibat tidak memadainya informasi, pengetahuan yang dimiliki oleh kalangan organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.
2.      Citra yang Berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.citra ini terdapat pada publik eksternal berdasarkan pengalaman dan pemahaman publik eksternal terhadap organisasi itu.
3.      Citra yang Diharapkan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen terhadap lembaga atau produk yang ditampilkan.[11]
4.      Citra yang Baik dan yang Buruk berkaitan bagaimana citra perusahaan yang poritif lebih dikenal dan  diterima publiknya.
Seluruh kegiatan humas diharapkan bisa mendukung terwujudnya citra positif organisasinya.[12]

















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Ada empat alasan yang paling penting bagi perlunya suatu perancanaan Public Relation, keempat alasan tersebut yaitu sebagai berikut:
1.        Untuk menetapkan target-target operasi PR yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas segenap hasil yang diperoleh.
2.        Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
3.        Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan segenap program PR yang telah diprioritaskan itu.
4.        Untuk menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan staf pendukung atau personil yang mencukupi, dukungan dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kaantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya, serta anggaran dana yang tersedia.
Public Relations profesional dalam pengelolaan sasaran/target yang hendak dicapainya melakukan pengadopsian teknik-teknik Management of Objective (MBO) dan Management by Objective of Result (MOR) untuk membantu kualitas nilai public relations dalam suatu organisasi.
Adapun penggunaan MBO secara efektif dalam tugas Public Relation dapat di pecah ke dalam tujuh tahap secara kritis:
1.        Memiliki batasan dan misi kerja.
2.        Menetapkan kunci areal keberhasilan (hasil) dalam jangka waktu, berupaya dan berkepribadian.
3.        Identifikasi faktor-faktor menentukan tindakan pada target yang telah ditentukan.
4.        Meletakkan target/menetapkan hasil yang akan dicapai.
5.        Persiapan perencanaan secara taktis untuk mencapai target khusus.
6.        Pemantapan keputusan dan peraturan untuk mengikutinnya.
7.        Pemantapan prosedur untuk menangani pekerjaan.
Kruger Reckless didalam bukunya Social Psychology mengemukan, bahwa opini publik adalah suatu pendapat hasil pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal yang telah diterima sebaagi fikiran publik. Banyak definisi yang telah dikemukakan, tapi sampai sekarang belum terapat pengertian yang exact tentang opini publik itu.
Proses terbentuknya Opini Publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu:
1.        Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan.
2.        Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif.
3.        Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok.
4.        Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih luas.
Adapun pengaruh opini publik, yaitu sebagai berikut:
1.        Opini publik dapat memperkuat Undang-Undang/Peraturan-peraturan, sebab tanpa dukungan opini publik Undang-Undang/Peraturan-peraturan itu tidak akan jalan.
2.        Opini publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.
3.        Opini publik adalah pendukung existensi lembaga-lembaga sosial.
Proses pembentukan citra atau kesan terhadap suatu obyek – organisasi, atau individu tertentu melibatkan empat komponen penting dalam diri seseorang  individu yang meliputi persepsi, kognisi, motivasi serta sikap. Wate Lipman, seorang pakar psikologi sosial menyebut empat rangkaian tersebut dengan nama, picture in our head. Penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1.      Persepsi yang diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
2.      Kognisi yaitu suatu keyakinan dari individu terhadap stimulus.
3.      Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan trtentu guna mencapai tujuan.
4.      Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalammenghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.




DAFTAR PUSTAKA


Abdurraachman, Oemi. 1995. Dasar-Dasar Public Relation. Bandung: PT. Citra Aditya Abadi.
Andika Putra “Strategi dan Pengelolaan target Public Reltions
http://apkeliat.blogspot.in/2011/07/strategi-dan-pengelolaan-target-public.html?m=1 tanggal 27 Februari 2015.
Indra Ardiyanto “Strategi Public Relation” diakses dari http://indraardiyanto.blogspot.in/2012/07/strategi-public-relations.html?m=1 tanggal 27 Februari 2015.
Jefkins, Frank.2003. Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Prita Kemal Gani, “Membangun Citra Positif” diakses dari www.lspr.edu/pritakemalgani/membangun-citra-positif/ tanggal 01 Maret 2015.
Rosi NS “Opini Publik” diakses dari http://kancahkreatif.blogspot.in/2011/10/opini-publik.html?m=1 pada tanggal 28 Februari 2015
Wikipedia “Citra Hubungan Masyarakat” diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Citra_(Hubungan_Masyarakat) tanggal 2 maret 2015.
Wikipedia “Strategi” diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Strategi tanggal  27 Februari 2015



[1]Wikipedia “Strategi” diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Strategi pada tanggal  27 Februari 2015
[2] Frank Jefkins, Public Relation, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), cet. V, hal. 56
[3] Indra Ardiyanto “Strategi Public Relation” diakses dari http://indraardiyanto.blogspot.in/2012/07/strategi-public-relations.html?m=1 pada tanggal 27 Februari 2015.
[4] Andika Putra “Strategi dan Pengelolaan target Public Reltions” diakses dari http://apkeliat.blogspot.in/2011/07/strategi-dan-pengelolaan-target-public.html?m=1 pada tanggal 27 Februari 2015.
[5] Andika Putra “Strategi dan Pengelolaan target Public Reltions” diakses dari http://apkeliat.blogspot.in/2011/07/strategi-dan-pengelolaan-target-public.html?m=1 pada tanggal 27 Februari 2015.
[6] Oemi Abdurrachman, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), cet. II, hlm. 51-52.
[7] Ibid, hlm. 54-56.
[8] Rosi NS “Opini Publik” diakses dari http://kancahkreatif.blogspot.in/2011/10/opini-publik.html?m=1 pada tanggal 28 Februari 2015
[9] Oemi Abdurrachman, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), cet. II, hlm. 56.
[10] Wikipedia “Citra Hubungan Masyarakat” diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Citra_(Hubungan_Masyarakat) pada tanggal 2 maret 2015.
[11]Frank Jefkins, Public Relation, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), cet. V, hal. 56
[12] Prita Kemal Gani, “Membangun Citra Positif” diakses dari www.lspr.edu/pritakemalgani/membangun-citra-positif/ pada tanggal 01 Maret 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar